Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang tahun 2024, perekonomian nasional menunjukkan ketahanan yang optimal, dengan capaian pertumbuhan PDB mencapai 5,03% (yoy). Pemerintah bertekad untuk mempertahankan catatan pertumbuhan ekonomi ini pada awal 2025.
Oleh karena itu, Lebaran menjadi momen penting. Hingga saat ini, banyak rencana program yang akan digulirkan pemerintah untuk menopang pertumbuhan pada awal tahun ini.
"Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2025, Pemerintah mendorong peningkatan demand dan supply dalam mendukung pergerakan ekonomi saat libur Lebaran," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian saat menyampaikan keynote speech dalam acara Nusantara Economic Outlook (NEO) 2025, dikutip Minggu (15/3/2025).
Berbagai program yang disiapkan Pemerintah jelang Hari Raya Idulfitri tersebut mulai dari program pariwisata selama periode Idulfitri yang diproyeksikan akan terdapat sebanyak 122,1 juta perjalanan wisatawan, insentif PPN DTP yang ditambah sebesar 6% untuk tiket transportasi, diskon tarif tol 20% untuk perjalanan jarak jauh (Barrier Gate to Barrier Gate) di beberapa ruas tol, pada H-7 hingga H-4 Idulfitri, serta H+7 hingga H+8 Idulfitri, hingga percepatan program kendaraan bermotor listrik yang telah disepakati bantuan Pemerintah sebesar Rp7 juta per unit motor.
Selain itu, terdapat juga kebijakan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan bagi pekerja/buruh dan Bonus Hari Raya Keagamaan bagi pengemudi dan kurir pada layanan angkutan berbasis aplikasi dibayarkan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Idulfitri, penyaluran THR ASN Pusat dan Daerah serta pensiunan pada 2 minggu sebelum Idulfitri, serta program belanja nasional antara lain Friday Mubarak pada 28 Februari - 28 Maret 2025 dengan target transaksi sebesar Rp75-77 triliun, BINA Lebaran pada 14 - 30 Maret 2025 dengan target transaksi Rp30 triliun, dan kampanye belanja online Ramadhan di seluruh e-commerce.
Di samping menyiapkan berbagai kebijakan untuk menjaga perekonomian tersebut, Pemerintah juga terus memonitor dinamika ekonomi global yang terus mengalami perubahan, salah satunya terkait kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat seperti terkait tarif. Meskipun sejumlah negara menghadapi risiko resesi yang lebih tinggi, Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik.
Menurut data Bloomberg pada Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia kurang dari 5%, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Meksiko (38%), Kanada (35%), dan Amerika Serikat (25%).
"Namun demikian, dengan fondasi ekonomi nasional yang solid, diversifikasi mitra dagang, serta hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia berpeluang besar menjaga stabilitas dan daya saingnya di tengah gejolak ini. Tentu diperlukan komitmen dan sinergi dari semua pihak untuk bekerja bersama dalam terus membangun fundamental ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan," kata Airlangga.
Dampak THR
Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana menilai bahwa memang ada kemungkinan terjadi kenaikan daya beli. Namun ia juga menggarisbawahi perihal ada kehati-hatian dari masyarakat.
"Mungkin karena ada program realokasi dan penghematan APBN, beberapa kasus PHK besar-besaran dan lain-lain yang kemungkinan menahan konsumsi ke level yang lebih rendah dibanding tahun lalu," papar Fikri.
"Disamping juga bencana banjir kemarin, yang sepertinya juga cukup masif terjadi ya, sehingga saya melihat kemungkinan konsumsi juga arahnya mungkin lebih ke barang pokok, dibanding sekunder (sandang), atau tersier, yang dulu lebih sering dilakukan," tambah Fikri.
Namun, momen pembagian THR ini juga memberikan kekhawatiran bagi Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto. Dia mengungkapkan bahwa THR dapat menjadi penguatan ekonomi walaupun ada transisi pemerintahan (peralihan fokus anggaran).
"Proses untuk belanja terutama terkait dengan program prioritas pemerintah ini yang kelihatannya yang memperlambat tempo ekonomi kita tumbuh di atas 5%," ujar Myrdal.
Namun demikian, Myrdal memproyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 sekitar 5,02% (year on year/yoy).
Untuk ke depannya, pertumbuhan yang lebih tinggi tampaknya cukup sulit tercapai kecuali ada pemangkasan suku bunga serta program prioritas anggaran pemerintah mulai berjalan secara masif.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: APBN Februari Defisit, Airlangga Tegaskan Fiskal RI Tetap Aman
Next Article Judol Bikin Ambruk Ekonomi RI, Tapi Tak Cuma Itu!