Kecerdasan Spiritual, Jiwa Pesantren yang Tak Lekang oleh Zaman

3 hours ago 2

Oleh : Fadhly Azhar, Pengamat Isu-isu Pesantren dan Keislaman, Santri Penulis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesantren sejak lama selalu berdiri sebagai benteng moral, intelektual, dan spiritual umat. Di tengah era kecerdasan buatan dan percepatan teknologi digital, lembaga pesantren dihadapkan pada tantangan baru: menjaga ruh spiritualitas di tengah perubahan sosial yang cepat, sembari menegaskan relevansinya dalam menjawab isu-isu global seperti krisis lingkungan, ketimpangan sosial, dan perlindungan anak.

Konsep kecerdasan spiritual berdampak menjadi penting dalam konteks ini. Ia tidak berhenti pada kesalehan ritual, tetapi meluas menjadi kesalehan sosial yakni kemampuan untuk mengekspresikan nilai-nilai keagamaan dalam tindakan nyata yang membawa kemaslahatan.

Kecerdasan Spiritual dalam Tradisi Pesantren

KH. Hasyim Asy‘ari dalam karyanya Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu, tetapi juga pembentukan kepribadian, kasih sayang, dan perlindungan terhadap fitrah anak.

Seorang guru, kata beliau, hendaknya ‘menyayangi muridnya sebagaimana menyayangi anaknya sendiri, tidak membebaninya di luar kemampuan, dan menuntunnya dengan kelembutan.’ Nilai ini menjadi dasar etik perlindungan anak di pesantren.

Spiritualitas tidak boleh menjadi tameng bagi kekerasan, tetapi harus melahirkan kelembutan dan penghormatan terhadap martabat santri. Prinsip “rahmah” dalam pendidikan menjadi bentuk kecerdasan spiritual paling nyata: guru bukan sekadar pendidik, tetapi penjaga amanah kemanusiaan, khususnya perlindungan anak.

Pesantren Ramah Lingkungan: Spiritualitas Ekologis

Selain perlindungan terhadap manusia, masa depan pesantren juga menuntut perlindungan terhadap alam. Dalam pandangan Islam, alam semesta adalah ayat Tuhan yang hidup. Konsep khalifah fil-ardh (QS. Al-Baqarah: 30) memandatkan manusia untuk menjaga keseimbangan ekologi. Di sinilah lahir gagasan pesantren ramah lingkungan atau eco-pesantren, yakni lembaga pendidikan Islam yang menanamkan kesadaran ekologis sebagai bagian dari ibadah.

Dalam kerangka teologis, hal ini berpaut dengan konsep ekoteologi Islam, sebuah pandangan bahwa relasi manusia dengan alam bersumber dari kesadaran tauhid. Alam tidak sekadar objek eksploitasi, melainkan subjek spiritual yang memanifestasikan kehadiran Ilahi. Ibnu Arabi menyebutnya sebagai tajalli Allah fi al-kawn, penampakan Tuhan dalam semesta.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|