Kemendag Wanti-Wanti Efek Buruk Menaikkan Pajak Impor Susu Impor

18 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan, kajian ulang terhadap perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Selandia Baru dan Australia, terkait bea masuk impor susu, hanya akan merugikan Indonesia. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono merespons usulan dari Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie untuk meninjau ulang FTA tersebut.

Djatmiko menjelaskan, impor susu dari Selandia Baru dan Australia mayoritas berupa skim milk powder atau susu bubuk skim, yang digunakan sebagai bahan baku industri susu nasional.

"Kita tidak pernah impor susu segar. Skim milk itu bahan baku industri, dan kita tidak bisa memproduksinya di dalam negeri," tegas Djatmiko saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Menurutnya, FTA justru mendukung kebutuhan industri nasional dengan memastikan pasokan bahan baku tersedia dengan biaya yang kompetitif. Ia menegaskan, dengan menaikkan tarif impor susu melalui revisi FTA hanya akan memperburuk keadaan.

"Sekarang kalau misalnya di-review? Pertanyaan saya, mau dinaikin tarifnya? Yang rugi siapa? Indonesia yang rugi. Nanti makin mahal susu di Indonesia. Gimana sih? Ya rakyat Indonesia makin nggak bisa minum susu. Nggak ada logikanya, ngapain kita high cost economy?" ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie mengatakan, biang kerok dari anjloknya harga susu produksi peternak dalam negeri, karena kebijakan pembebasan bea masuk terhadap produk susu impor asal Selandia Baru dan Australia. Budi Arie pun mengusulkan agar Kemendag meninjau ulang perjanjian perdagangan bebas (FTA) terkait komoditas ini.

Dia menjelaskan, FTA tidak hanya mendukung ekspor Indonesia, tetapi juga menjadi sarana memenuhi kebutuhan bahan baku dalam negeri. "FTA itu tidak hanya berguna untuk mendukung kemampuan para produsen eksportir kita untuk keluar, tapi juga mendukung kebutuhan industri di dalam negeri. Kalau yang sifatnya bahan baku. Itu kan bahan baku semua, kan nggak mungkin kita minum skim milk," terang dia.

Djatmiko dengan tegas membantah klaim bahwa impor skim milk powder berdampak negatif pada harga susu segar lokal. "Skim milk itu bukan barang yang bersaing dengan susu segar. Kita nggak bisa bikin itu, makanya kita impor. Kita tidak pernah impor susu segar," tegasnya.

Selain itu, Djatmiko juga menyatakan tidak ada indikasi perdagangan yang tidak adil (unfair trade) terkait impor susu.

"Nggak ada unfair trade, dari mana? kita butuh kok. Kecuali kita produksi skim milk juga. Tanya industri bisa bikin skim milk nggak di Indonesia? Kalau bisa ya nggak mungkin kita kasih tarifnya 0%, pasti kita lindungi," kata Djatmiko.

Meski ada klaim dari Kemenkop mengenai dampak negatif FTA terhadap harga susu lokal, kata Djatmiko, pihaknya belum ada pembahasan langsung dengan kementerian tersebut.

"Nggak, nggak ada pertemuan. Lagipula, kalau FTA direvisi yang rugi Indonesia," pungkasnya.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI "Kebanjiran" Susu Impor Bikin Penyerapan Susu Peternak Minim

Next Article Video: RI "Kebanjiran" Susu Impor Bikin Penyerapan Susu Peternak Minim

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|