Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil lahadalia memberikan ultimatum keras kepada operator Blok Masela yakni Inpex. Pasalnya, proyek blok Masela tidak mengalami kemajuan signifikan sejak ditemukan puluhan tahun silam.
Bahlil menceritakan bahwa Blok Masela sendiri sejatinya sudah mendapatkan persetujuan Plan of Development (PoD) dari pemerintah. Namun ia heran, hingga 26 tahun lamanya, proyek ini tak juga kunjung diproduksikan.
"Masela itu 26 tahun. Dan saya masih aktivis saat itu. Barangnya sudah dipegang konsesinya. Nggak dijalankan," kata Bahlil dalam acara Beritasatu Outlook 2025, Kamis (30/1/2025).
Oleh sebab itu, Bahlil pun tak segan-segan untuk mereview kembali kontrak Blok Masela yang telah diberikan kepada perusahaan Jepang tersebut apabila tidak segera melakukan pekerjaan untuk produksi. Bahkan, pemerintah telah melayangkan surat teguran kepada pihak yang bersangkutan.
"Aku udah bilang, aku udah bikin surat. Kamu tahun ini enggak akan lakukan pekerjaan untuk produksi. Ya mohon maaf, atas nama undang-undang tidak menutup kemungkinan kita akan mengevaluasi untuk kebaikan investor, rakyat bangsa dan negara," ujarnya.
Menurut Bahlil, keputusan ini diambil agar investor tidak mempermainkan apa yang sudah menjadi kepentingan negara. Terlebih, pemerintah mempunyai agenda khusus untuk mengerek kenaikan produksi migas.
"Supaya apa? Jangan pengusaha mengendalikan negara. Tapi negara yang harus mengendalikan pengusaha dengan catatan negara itu enggak boleh dzalim untuk pengusaha. Jadi harus," kata dia.
Sebagaimana diketahui, Blok Masela ditargetkan dapat memproduksi sebanyak 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari. Namun, meski sudah ditemukan lebih dari 20 tahun lalu, proyek ini tak kunjung beroperasi.
Blok Masela
Sebagaimana diketahui, Inpex merupakan pemegang saham terbesar di Blok Masela atau saat ini mencapai 65%. Sebelumnya, Inpex ditemani oleh Shell Upstream Oversear Services dengan saham 35%.
Namun sayangnya, Shell memutuskan hengkang dari proyek gas abadi yang berlokasi di Maluku itu, Adapun 35% sahamnya diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20% dan Petronas 15%.
Perjanjian jual beli ditandatangani pada tanggal 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada tanggal 4 Oktober 2023.
Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Kontrak PSC Masela yang berlaku hingga 2055 berpotensi menghasilkan 9.5 MMTPA (juta metrik ton per tahun) LNG dan 150 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) gas pipa. Selain itu Lapangan Abadi diperkirakan dapat menghasilkan produksi kondensat sebesar 35,000 barel/hari.
Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deepwater, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.
Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Terima Delegasi Jepang, Prabowo Kejar Kelanjutan Blok Masela
Next Article Rapat Terakhir dengan DPR, Bahlil Ucapkan Maaf!