'Kiamat' Batu Bara Minggir, Bukti Baru Bakal Jaya Sampai 2027

2 months ago 27

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara masih akan terus menjadi primadona energi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini tampak dari konsumsi sejumlah negara-negara besar di Asia akan komoditas yang dijuluki si emas hitam itu.

Mengutip CNBC International, Senin (10/2/2025), kenaikan tercatat terjadi di sejumlah negara Asia, yang mengimbangi penurunan konsumsi batu bara di Eropa dan Amerika. Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan batu bara dunia akan menembus 8,77 miliar ton pada tahun 2024, dan akan tetap pada level yang sama hingga 2027.

"Pergeseran global dari batu bara tetap menantang, sebagian besar didorong oleh meningkatnya permintaan di Asia, bahkan ketika Eropa dan AS mengalami penurunan signifikan dalam konsumsi batu bara," kata manajer proyek untuk Global Coal Mine Tracker milik Global Energy Monitor, Dorothy Mei.

China melaporkan bahwa impor batu baranya melonjak 14,4% pada tahun 2024 menjadi sebesar 542,7 juta metrik ton dibandingkan dengan 474,42 juta ton tahun sebelumnya. Negeri Tirai Bambu juga diketahui menjadi konsumen batu bara terbesar, menyumbang 56% permintaan dunia tahun 2023.

Mei menyebut untuk China, energi terbarukan masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ia mencontohkan dengan tenaga air, di mana bauran energi ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan.

"Selain itu, kendala utama lainnya bukanlah ketersediaan infrastruktur energi terbarukan, di mana masih ada kesulitan menyalurkan tenaga surya dan angin ke seluruh provinsi," ujarnya.

Di India, panas ekstrem akibat iklim telah menyebabkan melonjaknya permintaan energi untuk pendinginan. Di sisi lain, sumber energi bersih tidak dibangun cukup cepat untuk memenuhi permintaan listrik negara yang terus meningkat, sehingga batu bara kembali menjadi pilihan.

Pada bulan Desember lalu, India memperpanjang arahannya untuk pembangkit listrik berbasis batu bara impor agar beroperasi dengan kapasitas penuh hingga 28 Februari.

"Fokus India pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur juga telah meningkatkan konsumsi semen dan baja, industri yang sangat bergantung pada batu bara," menurut analis laman yang sama.

"Permintaan baja negara Asia Selatan itu akan tumbuh sebesar 8-9% pada tahun 2025, melampaui permintaan negara-negara ekonomi lain, karena peningkatan konstruksi yang padat baja di sektor infrastruktur dan perumahan," ujarnya.

Di luar India dan China, negara-negara teratas lainnya yang membangun pembangkit listrik batu bara baru adalah Bangladesh, Indonesia, dan Vietnam. Vietnam diperkirakan telah melampaui Taiwan sebagai importir batu bara terbesar kelima di dunia.

"Produksi batu bara Indonesia naik menjadi sekitar 831 juta ton untuk mencapai rekor tertinggi baru tahun lalu," data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI menunjukkan.

Data Ember Energy melaporkan.pangsa batu bara dalam bauran listrik Filipina melampaui China pada tahun 2023. Ini menjadikan negara Asia Tenggara itu yang paling bergantung pada batu bara.

"Hanya sedikit fokus pada penggunaan energi secara efisien, ketika batu bara begitu murah," kata Dave Jones, analis listrik di lembaga pemikir energi Ember Energy.

"Permintaan batu bara yang kuat di Asia secara menyeluruh juga sebagian merupakan konsekuensi dari lonjakan harga gas sejak invasi Rusia ke Ukraina, mengingat sejumlah importir batu bara termal utama seperti China, India, dan Vietnam telah mengurangi rencana pembangunan listrik berbasis gas menyusul tingginya harga gas yang terjadi," timpal Ian Roper, ahli strategi komoditas di Astris Advisory Japan KK.

Faktor AI

Kecerdasan buatan atau AI juga telah mempercepat kebutuhan dunia akan energi. Berbagai laporan menunjukkan bahwa kebutuhan daya yang didorong oleh pusat-pusat data di seluruh dunia juga akan memperpanjang permintaan batu bara.

"AS, China, dan dunia tengah berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam AI. Pusat-pusat data AI merupakan pengguna daya yang besar, sehingga semakin sulit untuk menghentikan penggunaan sumber energi yang andal dan terjangkau seperti batu bara," kata Tim Winter, manajer portofolio di Gabelli Funds..

Pada tahun 2030, permintaan listrik dari pusat-pusat data dapat melampaui 35 GW, lebih dari dua kali lipat dari 17 GW yang tercatat pada tahun 2022, menurut laporan Moody's Ratings.

Dengan permintaan listrik global yang meningkat lebih cepat, pengamat industri lainnya mulai menggemakan prakiraan Badan Energi Internasional tentang permintaan batu bara yang tetap berada pada titik tertinggi sepanjang masa pada periode mendatang.

"Tidak akan ada transisi ketika permintaan minyak, gas alam, batu bara, terus mencapai rekor tertinggi," kata Eric Nuttall, manajer portofolio senior di Ninepoint Partners.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Diam-diam Pengusaha Batu Bara Minta Harga DMO Naik!

Next Article Ledakan Dahsyat Guncang Tambang Batu Bara di Iran, 51 Orang Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|