Kisah Rob Kenney, Ayah Digital Bagi Jutaan Anak Fatherless

3 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua orang tumbuh dengan kehadiran figur ayah dalam kehidupan mereka. Kondisi ini membuat banyak anak tidak pernah belajar keterampilan dasar yang biasanya diajarkan seorang ayah. Hal inilah yang mendorong Rob Kenney untuk membuat saluran YouTube "Dad, How Do I?".

Lahir dari pengalaman hidupnya sendiri, pria asal AS tersebut menciptakan kanal YouTube ini untuk membantu orang-orang yang tidak memiliki figur ayah. la memulai saluran ini di masa pandemi dengan mengunggah video tentang cara mengikat dasi berjudul "How to Tie a Tie".

Sejak itu, ia rutin mengunggah berbagai video tentang keterampilan hidup seperti cara mengganti ban mobil, memperbaiki keran air, hingga membuka saluran air yang tersumbat. Namun seiring waktu, kanal ini berkembang menjadi lebih dari sekadar tempat belajar keterampilan teknis.

"Awalnya saya pikir ini hanya akan menunjukan kepada orang tentang bagaimana cara melakukan sesuatu, tapi ternyata kanal ini menyentuh emosional banyak orang," kata Kenney seperti dilansir laman Your Tango, Selasa (16/9/2025).

Selain tutorial, Kenney juga mengunggah video berisi nasihat hidup, pesan motivasi, dan pembahasan tentang hal-hal sederhana seperti cara menghadapi ketakutan atau keluar dari zona nyaman. Sejak pertama kali diluncurkan lima tahun lalu, kanal ini telah menarik perhatian luas. Dengan lebih dari lima juta subscribers, Kenney kini menjadi figur ayah digital bagi banyak orang di dunia. Bahkan tak sedikit warganet yang menonton videonya karena ingin menjadi ayah yang baik.

"Saya selalu takut jika saat dewasa dan menjadi ayah saya tidak bisa menjadi figur ayah yang baik, yang bisa mengajarkan banyak hal ke anak. Terima kasih, video-video ini mungkin akan mengubah hal itu," kata seorang warganet dalam kolom komentar di video Kenney.

Kisah di balik kanal ini berakar dari pengalaman pribadi Kenney, Saat usianya 14 tahun, ia dan tujuh saudara kandungnya ditinggalkan oleh ayah mereka setelah orang tuanya bercerai. Meski ayahnya memenangkan hak asuh karena sang ibu bermasalah dengan alkohol, ia kerap meninggalkan anak-anaknya selama berhari-hari dan hanya datang sesekali untuk mengantarkan bahan makanan.

"Sejujurnya, ayah saya tidak pernah benar-benar menginginkan kami," kata Kenney.

Masa remaja yang sulit itu membentuk karakter Kenney, namun juga meninggalkan luka. Saat dewasa, meskipun ia menikah dan membangun keluarga, trauma masa kecilnya kembali menghantui. la kehilangan pekerjaan di saat sang istri tengah hamil dan bekerja penuh waktu. Dalam kondisi ítu, Kenney mengaku mencapai titik terendah dalam hidupnya.

"Saya berpikir saya sudah punya semuanya, tapi ternyata semuanya runtuh. Saya berseru kepada Tuhan, dan berkata, 'Kalau Engkau bantu saya keluar dari kekacauan ini, saya akan cari tahu tentang-Mu! Dan benar saja, Dia datang menolong," ujar Kenney mengenang momen itu.

Sebagai bagian dari proses penyembuhan, Kenney akhirnya berdamai dengan ayahnya, meski hubungan itu hanya berlangsung sebentar karena sang ayah meninggal dunia tak lama kemudian. Dia tidak menyangka kanalnya akan tumbuh sebesar ini. Namun ia tetap memegang prinsip awalnya dengan tidak mencari kekayaan atau popularitas, tapi ingin membantu orang lain tumbuh dewasa dengan lebih baik.

"Tujuan hidup saya adalah membesarkan orang dewasa yang baik. Bukan anak-anak yang baik, tapi orang dewasa yang baik, karena saya tahu seperti apa rasanya tumbuh dalam lingkungan yang hancur," kata dia.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|