Krisis Gereja Inggris, Diguncang Sederet Kasus Pelecehan Seksual

2 months ago 25

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Gereja Inggris tengah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan serangkaian skandal pelecehan seksual yang mengguncang kepercayaan publik dan komunitas religiusnya.

Pada Senin (10/2/2025), badan pemerintahan Gereja Inggris yang terpilih, General Synod, akan mengadakan pertemuan penting di tengah kontroversi yang makin membesar.

Pertemuan ini akan menjadi ajang perdebatan terkait Makin Review, laporan independen yang mengungkap kegagalan Gereja dalam menangani kasus pelecehan yang dilakukan oleh John Smyth, seorang pemimpin kamp Kristen yang diketahui telah melakukan kekerasan seksual terhadap ratusan anak laki-laki dan remaja pria.

Selain itu, pada Selasa (11/2/2025), Synod juga akan membahas sistem baru dalam menangani kasus-kasus perlindungan anak dan keamanan jemaat.

Krisis ini makin dalam setelah pengunduran diri Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, bulan lalu akibat keterlibatannya dalam kegagalan Gereja menangani skandal ini. Situasi yang dihadapi Gereja saat ini bahkan disebut sebagai "kehancuran total" oleh salah satu anggota Synod, Ian Paul.

"Belum pernah terjadi sesuatu seperti ini dalam hidup kita. Gereja sedang mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Paul kepada kantor berita PA, sebagaimana dikutip AFP.

"Krisis ini adalah akibat dari erosi kepercayaan dan transparansi selama bertahun-tahun. Dan kini, tiba-tiba semuanya runtuh seperti atap yang tidak lagi mampu menahan beban."

Paul juga merupakan salah satu pihak yang menyerukan pengunduran diri Welby tahun lalu setelah laporan independen menyatakan bahwa ia "seharusnya bisa dan wajib" melaporkan tindakan pelecehan yang dilakukan oleh Smyth kepada pihak berwenang sejak 2013.

Menjelang pertemuan General Synod di London, aktivis korban pelecehan, Andrew Graystone, mendesak agar para pemimpin Gereja Inggris menunjukkan "kerendahan hati yang radikal" dalam menghadapi skandal ini.

"Tidak ada yang ingin mendengar permintaan maaf yang dibuat-buat lagi. Tidak ada yang ingin mendengar janji 'kami telah belajar dari kesalahan ini'. Tidak ada yang ingin mendengar betapa sulitnya menjadi seorang uskup.

Kami tidak ingin mendengar lebih banyak kata-kata sama sekali. Kami ingin tindakan nyata dari para pemimpin Gereja, mulai dari Uskup Agung hingga ke bawah," kata Graystone.

Kasus John Smyth

Sementara itu, kasus John Smyth menjadi pusat perhatian setelah laporan Makin Review mengungkap kejahatannya yang terjadi selama beberapa dekade di Inggris, Zimbabwe, dan Afrika Selatan. Smyth, yang mengelola kamp evangelis pada 1970-an dan 1980-an, diketahui melakukan pelecehan brutal dan mengerikan terhadap hingga 130 anak laki-laki dan pemuda.

Lebih mengejutkan lagi, laporan itu menyatakan bahwa Gereja Inggris secara sistematis menutup-nutupi kejahatan Smyth, yang mencakup serangan fisik, seksual, psikologis, dan spiritual terhadap para korban.

Skandal ini makin memperburuk citra Gereja Inggris sebagai lembaga yang seharusnya menjadi pelindung moral dan etika bagi jemaatnya.

Kontroversi Uskup Agung York

Setelah pengunduran diri Justin Welby, jabatan Uskup Agung Canterbury kini diisi sementara oleh Stephen Cottrell, yang sebelumnya menjabat sebagai Uskup Agung York. Namun, Cottrell sendiri tidak luput dari skandal.

Pada Desember 2023, ia menghadapi seruan untuk mengundurkan diri setelah muncul laporan bahwa ia telah gagal menangani kasus pelecehan seksual ketika masih menjabat sebagai Bishop of Chelmsford di Inggris Tenggara.

Laporan BBC mengungkapkan bahwa seorang imam bernama David Tudor tetap diperbolehkan melayani di Gereja meskipun sudah dilarang berinteraksi dengan anak-anak dan bahkan telah ada pembayaran kompensasi kepada korban pelecehannya.

Menanggapi tuduhan ini, Cottrell menyatakan bahwa ia "sangat menyesal karena tidak bisa mengambil tindakan lebih awal", namun tetap membela keputusannya saat itu.

Bishop of Liverpool Mengundurkan Diri

Krisis makin dalam ketika pada Januari 2024, Bishop of Liverpool, John Perumbalath, mengundurkan diri setelah stasiun televisi Inggris menayangkan laporan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual dan pelecehan moral.

Perumbalath membantah tuduhan tersebut, namun menyatakan bahwa tekanan media membuat posisinya "tidak bisa dipertahankan".

"Saya menjadi korban penghakiman publik yang terburu-buru dan pengadilan oleh media... situasi ini membuat saya tidak lagi bisa menjalankan tugas saya," kata Perumbalath dalam pernyataan resminya.

Ia juga menegaskan bahwa tim perlindungan Gereja telah melakukan penyelidikan dan tidak menemukan bukti kuat terhadap dirinya. Polisi juga telah menyelidiki satu tuduhan terhadapnya tetapi tidak melanjutkan ke proses hukum.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Inggris Jadi Negara Pemenang Perang Dagang II Trump

Next Article Video: Utang Inggris Diramal Naik 3 Kali Lipat Jadi 270% di 2075

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|