Laba Bank AS Naik 13,5 Persen, Risiko Kredit Masih Mengintai

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Laba industri perbankan Amerika Serikat melonjak 13,5 persen menjadi 79,3 miliar dolar AS pada kuartal III 2025, menurut laporan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) pada Senin (24/11/2025). Kenaikan ini ditopang pendapatan nonbunga yang tumbuh dan biaya pencadangan kerugian yang lebih kecil. 

“Industri perbankan masih punya modal dan likuiditas yang kuat. Kondisi ini mendukung penyaluran kredit dan melindungi bank dari potensi kerugian,” ujar Ketua FDIC sementara Travis Hill dalam pernyataan dikutip dari Reuters, Selasa (25/11/2025).

FDIC menilai modal dan likuiditas bank yang masih kuat membuat bank tetap bisa menyalurkan kredit meski risikonya sedang naik-turun. Lonjakan laba juga ditopang pendapatan nonbunga yang meningkat dan biaya pencadangan kerugian kredit yang lebih kecil. 

Pada kuartal II 2025, biaya pencadangan sempat naik karena merger Capital One dan Discover Financial sudah rampung. Setelah efek merger itu lewat, beban provisi turun sehingga laba kuartal III ikut terdorong. 

Meski profit naik, FDIC menegaskan perbankan masih bergulat dengan tingkat tunggakan yang historis tinggi pada beberapa jenis kredit. Kredit properti komersial, kredit kendaraan, dan kartu kredit menjadi titik rawan yang terus dipantau.

Bank beraset di atas 250 miliar dolar AS mencatat past-due rate 4,18 persen untuk kredit properti komersial nonpemilik. Angka itu turun dari puncak 4,99 persen setahun lalu, tetapi masih jauh di atas rata-rata prapandemi 0,59 persen.

Secara keseluruhan, past-due rate sektor perbankan bertahan di 1,49 persen dari total kredit. Posisi ini memang di bawah rerata prapandemi 1,94 persen, namun belum cukup untuk menutup risiko di segmen-segmen tertentu.

Dari sisi dana pihak ketiga, bank mencatat kenaikan simpanan untuk kuartal kelima beruntun. Tambahan terbesar datang dari uninsured deposits yang naik 88,6 miliar dolar AS atau 1,1 persen dibanding kuartal sebelumnya.

FDIC juga melaporkan jumlah bank bermasalah turun dua menjadi 57 bank. Total bank di AS berkurang 42 lantaran penjualan atau merger, menunjukkan konsolidasi industri masih berlanjut. 

Bagi masyarakat, lonjakan laba bank belum otomatis berarti kredit makin longgar atau murah. Selama tunggakan di properti komersial dan kredit konsumsi masih tinggi, bank cenderung tetap selektif memberi pinjaman dan menahan bunga agar risiko tidak melebar.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|