
Oleh : Hendarman; Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikdasmen, Ketua Dewan Pakar Jabatan Fungsional Analis Kebijakan INAKI, Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini 25 November 2025, kita memperingati Hari Guru Nasional 2025 dengan mengusung tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat". Tema ini mencerminkan pentingnya peran guru sebagai motor penggerak transformasi pendidikan.
Ada beberapa alasan kuat untuk memperingatinya. Pertama, besarnya peran guru dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada murid dan masyarakat.
Kedua, para guru sudah aktif dalam organisasi pemuda pembela tanah air dan pembina jiwa serta semangat para pemuda pelajar pada tahap awal kebangkitan nasional. Suka atau tidak, guru menjadi salah satu faktor yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru meletakkan dasar serta turut mempersiapkan pengembangan potensi murid untuk masa depan bangsa.
Ketiga, dalam setiap peradaban maju, sejarah mencatat bagaimana transformasi pendidikan selalu berangkat dari ketangguhan guru. Mereka menjadi penyalur ilmu bagi generasi yang belum mampu mengakses pengetahuan secara mandiri. Melalui tangan guru, lahir tokoh dari berbagai profesi yang menggerakkan kemajuan negara.
Sebagai penghormatan kepada guru, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan tanggal 25 November selain sebagai HUT PGRI juga sebagai Hari Guru Nasional. Pemerintah juga telah menetapkan peraturan terkait guru. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pentingnya Memuliakan Guru
Terdapat beberapa alasan mengapa guru perlu dimuliakan. Pertama, guru memikul beban psikologis dan sosial yang sangat besar. Mereka menghadapi murid dengan berbagai karakter, kondisi keluarga, bahkan tekanan lingkungan sosial. Tak jarang, guru menjadi konselor bagi murid yang mengalami kesusahan hidup, menjadi keluarga kedua bagi anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian, bahkan menjadi sosok penyelamat yang mengalihkan anak dari potensi perilaku destruktif.
Kedua, memuliakan guru berarti memuliakan proses peradaban. Guru berhak dihormati karena mereka berkontribusi langsung dalam pembentukan manusia berpengetahuan, berakhlak, dan berdaya saing. Jika bangsa ingin maju, maka ia harus memuliakan sumber terpenting dari kemajuan itu.
Ketiga, guru juga hadir dari kesabarannya mendampingi proses panjang pembelajaran. Sering kali mereka tidak menyaksikan hasil akhir jerih payahnya secara langsung. Ada murid yang baru menjadi berprestasi bertahun-tahun setelah lulus, ada pula yang baru menyadari jasa gurunya setelah dewasa dan meraih posisi tertentu. Namun, guru tidak pernah menagih pengakuan. Disinilah letak kemuliaan seorang pendidik: ia memberi tanpa menunggu imbalan.
Tantangan Kebijakan Guru Ke Depan
Mungkin ada baiknya mempertimbangkan pengalaman berbagai negara maju terkait dengan guru-guru mereka. Yang menarik adalah bahwa negara-negara maju memiliki kebijakan guru yang berbasiskan kualitas, profesionalitas, dan standar mutu yang konsisten. Di sejumlah negara maju maka aspek yang diperhatikan untuk memastikan kualitas pendidikan yang baik adalah adanya seleksi guru yang ketat dan sistematis, adanya pendidikan prajabatan yang kuat, adanya pengembangan keprofesian yang berkelanjutan, adanya karier guru yang terstruktur dan terbuka, serta adanya dukungan kesejahteraan dan status sosial.
Seleksi guru yang ketat dan sistematis bernuansa proses seleksi yang sangat kompetitif dimana hanya lulusan terbaik yang diterima menjadi guru. Pendidikan prajabatan dilakukan dengan adanya penetapan standar minimal pendidikan yaitu sarjana (S1) ditambah sertifikasi khusus serta adanya pendidikan profesi guru yang sangat terstruktur.
Untuk memastikan pengembangan keprofesian yang berkelanjutan, negara-negara maju melakukan program pelatihan dan reskilling berkala, mentoring untuk guru junior, dan beasiswa untuk pengembangan profesional. Terkait dengan karier guru, dilakukan secara terstruktur dan terbuka. Ini dengan cara promosi yang berdasarkan prestasi dan kompetensi, dan sistem insentif dilakukan berbasis kinerja, bukan semata masa kerja.
Kesejahteraan dan status sosial bagi guru memiliki dua indikator. Pertama, gaji awal kompetitif dibandingkan dengan profesi lain. Kedua, adanya jaminan pensiun, kesehatan, dan perlindungan kerja kuat.
Walaupun sederhana, Pemerintahh tampaknya dapat mempertimbangkan kebijakan ke depan dengan belajar dari negara-negara maju tersebut. Secara sederhana, negara seyogianya menempatkan guru sebagai profesi prestisius dan strategis, dengan investasi tinggi pada kompetensi, kesejahteraan, dan kesempatan berkembang.

1 hour ago
1











































