Lebih Cuan Mana, Sukuk Atau Saham? Ini Perbedaannya

8 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Instrumen investasi sukuk dan saham dapat menjadi pilihan dalam mengelola aset dengan kebutuhan dan profil investor tertentu. Meskipun sama-sama merupakan instrumen investasi pasar modal, namun keduanya memiliki perbedaan.

Sukuk merupakan investasi dalam bentuk surat berharga negara yang prinsipnya menerapkan prinsip syariah. Merujuk dari Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang SUKUK. Dalam fatwa tersebut menyebutkan sukuk adalah Surat Berharga Syariah atau Efek Syariah.

Bentuk investasinya berupa sertifikat yang menjadi bukti kepemilikan atas kepemilikan aset setelah penerbit sukuk menerima dana dari investor. Nilai dana investasi yang diberikan investor merupakan inisialisasi hak atau bagian kepemilikan aset.

Aset sukuk, sebagai pedoman penerbitan sukuk berprinsip syariah. Aset ini dimiliki oleh pemegang sukuk atau sukuk holder. Nilai sukuk merupakan inisialisasi kepemilikan sukuk terhadap aset sukuk, bukan nilai utang.

Sukuk akan berubah menjadi utang atau piutang (dain) bila aset sukuk berubah menjadi piutang pemegang sukuk

Umumnya ada jangka waktu tertentu yang tertulis dalam penerbitan sukuk, kecuali bila ada kesepakatan lain dalam akad atau bila diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlakuz

Penerbit sukuk memiliki kewajiban untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk dalam bentuk bagi hasil atau margin beserta dana sukuknya saat jatuh tempo sesuai skema akad.

Bagi hasil atau margin yang berasal dari akad musyarakah atau mudharabah berasal dari aktivitas usaha yang menjadi aset sukuk.

Adapun dalam proses kegiatan investasi dan kegiatan usahanya, dalam kaidah Islam telah ditetapkan tiga prinsip utama yakni prinsip kepemilikan, prinsip bebas riba, serta prinsip risiko dan imbalan. Ketiga prinsipnya pun harus ada di dalam aktivitas investasi sukuk.

Sementara saham merupakan salah satu instrumen investasi yang berpotensi menambah kekayaan. Namun, jika tidak dilakukan dengan pemahaman yang memadai, risiko kerugian dan kebangkrutan bisa mengintai.

Keuntungan berinvestasi di saham antara lain capital gain dan dividen. Namun sebelum memulai investasi ini, penting bagi seseorang untuk memahami profil risikonya serta menguasai berbagai jenis analisis.

Imbal hasil saham telah terbukti bertahun-tahun terlihat sejak awal tahun 2000, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) telah bertumbuh 876%. Pertumbuhan IHSG sejalan dengan pertumbuhan nilai intrinsik dari fundamental perusahaan yang terdaftar di bursa.

Memiliki nilai intrinsik membuat investor dapat menilai aset lebih relevan dan memang terdapat produk dibalik aset keuangan yang dimiliki. Misal, membeli 1% saham Indofood, artinya investor tersebut mempunyai kepemilikan 1% Indofood.

Peraturan yang lebih matang disebabkan saham telah ada sejak beberapa dekade sebelumnya, sehingga peraturan telah diperbarui untuk keamanan investor. Misal, peraturan penurunan harga saham memiliki batas sampai 25% sehari, sehingga investor tidak dapat rugi besar dalam sehari (pra pandemic).

Pasar tidak bergerak sesuai nilai intrinsik merupakan risiko berinvestasi di saham. Pasar terkadang bergerak berbeda arah akibat adanya sentimen negatif. Misal, saham perbankan Indonesia ikut turun, padahal valuasi murah dan laba bersihnya bertumbuh, penurunan disebabkan kegagalan Sillicon Valley Bank.

Potensi keuntungan yang lebih rendah dibanding kripto secara jangka pendek disebabkan tingginya volatilitas kripto. Kripto yang cepat mengalami penurunan dan kenaikan otomatis akan berpotensi memberikan keuntungan besar.

Sedangkan, saham yang pergerakan hariannya telah diatur batasan Auto Reject Atas dan Bawah (ARA dan ARB) akan membatasi volatilitas secara harian.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berkah Ramadan, Investasi Sektor Mana Nih Yang Bakal "Cuan"?

Next Article Bos BI: RI Sudah Jadi Penerbit Sukuk Terbesar Dunia, Tapi..

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|