REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai orang tua, apakah Anda pernah sibuk melihat gadget saat anak bersemangat menceritakan hari-harinya di sekolah? Atau mungkin, si kecil sedang memamerkan "peragaan busana" kecil dengan bangga, sementara pikiran kita sudah melayang jauh memikirkan deadline pekerjaan yang semakin mendekat?
Momen-momen ini, yang sering dianggap sepele atau tak disengaja, sebenarnya adalah titik-titik krusial dalam pengasuhan. Di tengah tuntutan pekerjaan dan urusan rumah tangga, disosiasi emosional (ketika fisik ada, tetapi pikiran tidak) sering terjadi tanpa kita sadari. Namun, seiring dengan melayangnya pikiran orang tua, anak-anak akan menyadari ketiadaan emosional itu, cepat atau lambat.
Kehadiran emosional memainkan peran yang sangat vital dalam cara anak tumbuh dan memahami diri mereka sendiri serta dunia di sekitarnya. Psikolog konsultan dan psikoterapis di Samarpan Health, Mumbai, Tanushri Tejas Talekar, mengatakan perilaku orang tua yang terkesan abai, walaupun tidak disengaja, dapat membentuk fondasi emosional seumur hidup anak.
“Anak-anak tidak hanya tumbuh berbekal makanan, pakaian, dan pendidikan saja. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang aman secara emosional. Lingkungan itulah yang akan membentuk bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri dan dunia,” kata Tanushri dikutip dari laman Hindustan Times pada Selasa (25/11/2025).
Dia mengingatkan kehadiran orang tua tidak hanya diukur dari pemberian kebutuhan fisik dan material semata, tetapi juga dari kemampuan untuk peka dan selaras dengan kebutuhan emosional anak. Kepekaan ini yang menciptakan safe space (ruang aman) bagi anak.
Apa itu kehadiran emosional sejati?
Banyak orang tua memiliki kesalahpahaman tentang apa arti menjadi orang tua yang terlibat. Tanushri meluruskan kekeliruan tersebut. Menurut dia, hadir secara emosional tidak berarti harus sempurna, juga tidak berarti harus tersedia setiap detik. "Ini bukan tentang menghibur sepanjang waktu atau menghindari disiplin. Ini adalah masalah tetap sadar akan apa yang dirasakan anak di dalamnya,” ujar Tanushri.
Ia menghilangkan tekanan berlebihan pada orang tua, mengingatkan bahwa kehadiran emosional bukan berarti harus selalu menempel. Hal ini merujuk pada empati yang tulus. Jadi, orang tua tidak perlu merasa bersalah jika pekerjaan membuat mereka harus jauh dari anak. Yang benar-benar penting adalah upaya dan kualitas perhatian yang ditunjukkan pada saat-saat kebersamaan.
“Kehadiran emosional tidak diukur dalam hitungan jam, itu diukur dalam perhatian,” kata Tanushri.
Ini berarti, meskipun Anda hanya memiliki waktu 10 menit sepulang kerja sebelum memulai meeting berikutnya, jika 10 menit itu diberikan secara total tanpa ponsel, tanpa gangguan, dampaknya jauh lebih besar daripada berada di ruangan yang sama selama dua jam sambil sibuk dengan pekerjaan.

2 hours ago
1
















































