Lotere Lapak Pedagang Isyaratkan Pembukaan Pasar Terban Makin Dekat

5 hours ago 3

Lotere Lapak Pedagang Isyaratkan Pembukaan Pasar Terban Makin Dekat Pedagang mengikuti pengundian lapak di Pasar Terban pada Rabu (26/11/2025). Harian Jogja - Stefani Yulindriani

Harianjogja.com, JOGJA—Proses lotere penempatan lapak Pasar Terban, Kota Jogja dimulai, menandai tahap akhir sebelum seluruh pedagang kembali menempati bangunan baru pada Desember 2025.

Pengundian untuk memastikan seluruh blok terisi sebelum operasional pasar dibuka pada pertengahan Desember.

Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Jogja mulai melakukan proses pengundian penempatan lapak bagi pedagang eksisting Pasar Terban, Rabu (26/11/2025).

Kepala Bidang Pasar Rakyat Disdag Kota Jogja, Gunawan Nugroho Utomo, menyampaikan lotere dilakukan untuk memastikan pedagang eksisting dapat segera menempati kios setelah sebelumnya berjualan di shelter di Jalan Babaran, Pandeyan, Umbulharjo.

“Agendanya lotere untuk pedagang eksisting Pasar Terban. Ini tahap awal, nanti setelah ini kami akan merespons teman-teman dari pedagang kaki lima [PKL] di sekitar Jl. Cik Di Tiro, Jl. Kahar Muzakkir, kios buku dan vermak. Kita maraton terus supaya pasar segera aktif,” katanya.

Gunawan menjelaskan jumlah pedagang yang akan difasilitasi mencapai sekitar 500 pedagang, termasuk pedagang buku dan permak jin. Penempatan pedagang nantinya dibagi sesuai zonasi. Lantai dasar akan diisi pedagang ayam, sayur, dan bahan kebutuhan pokok. Lantai semi-basement akan digunakan untuk kios buku dan permak jin, sementara lantai atas diperuntukkan kuliner dan kelontong.

Terkait strategi peningkatan penjualan, Gunawan menyebut Disdag Kota Jogja akan memperkuat aktivitas pasar melalui sejumlah acara dan digitalisasi layanan pasar.

“Kami akan mencoba optimalkan aktivasi lewat acara, kerja sama dengan pemangku kepentingan, edukasi dan promosi termasuk pembayaran digital dan pemasaran daring,” jelasnya.

Menurutnya, operasional pasar direncanakan mulai pertengahan Desember setelah semua pedagang menyiapkan lokasi usahanya, terutama pedagang ayam yang nantinya menjalankan konsep pasar ayam higienis.

“Gedung sudah dilengkapi prototipe kandang dan akan dilakukan general cleaning serta penyemprotan disinfektan setiap hari,” tegasnya.

Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Pasar Rakyat Disdag Kota Jogja, Dwi Nanto Sujatmiko, menyampaikan pasar tersebut dibangun dengan memadukan konsep pasar hidup yang menyediakan berbagai sayur, sembako, dan kebutuhan pokok lainnya, rumah potong ayam, dan sentra kuliner. Meski ada beberapa komoditas yang dipasarkan, Dwi mengaku Disdag Kota Jogja menggagas konsep pasar yang higienis di sana.

“Di sini kan ada tempat pemotongan ayam, di situ [pedagang] kita bekali pelatihan juru sembelih halal,” katanya.

Selain itu, di sana juga ada instalasi pengolahan limbah yang terstruktur. Limbah dari rumah potong ayam serta sampah pasar akan diolah sehingga tidak mencemari lingkungan.

“Ini nanti akan jadi proyek percontohan [pengolahan limbah] rumah potong ayam yang sudah dikelola dengan baik,” katanya.

Ketua Paguyuban Mitra Unggas Sejahtera Pasar Terban, Faisal, berharap bangunan Pasar Terban yang baru tersebut dapat meningkatkan penjualan pedagang pasar di sana.

“Harapannya ini kan pasarnya sudah modern, [bangunan pasar] lebih bagus dari yang dulu, sudah ada saluran pengolahan limbah yang terkoneksi di bagian bawah [bangunan]. Jadi harapannya lebih bagus dari kemarin rezekinya,” katanya.

Dia memaparkan ada lebih dari 100 pedagang ayam potong di Pasar Terban. Jumlah tersebut terdiri dari pedagang ayam ras dan ayam kampung potong. Dari ratusan pedagang tersebut, menurut Faisal, ada ribuan ayam yang dipotong setiap hari.

“Satu orang [pedagang ayam potong] bisa memotong 100–200 ekor ayam dalam sehari. Kalau pesanan lagi banyak [satu orang pedagang ayam potong] bahkan bisa 400 ekor ayam sehari,” katanya.

Dia pun berharap penjualan pedagang ayam potong di Pasar Terban meningkat dengan adanya infrastruktur pengolahan limbah yang telah ada di pasar tersebut.

Sementara Pedagang Sembako Pasar Terban, Nur Hasanah, berharap pasar tersebut mampu memulihkan pendapatannya pascapandemi. Dia mengaku pascapandemi pendapatannya sempat menurun. Sebelum pandemi, pendapatannya dapat mencapai Rp3 juta sehari, namun selama pandemi hingga saat ini pendapatannya hanya berkisar separuhnya.

“Harapannya [penjualan] jadi lebih baik dan berkah,” ujarnya. Senada, Pedagang Ramesan Pasar Terban, Ira, pun berharap agar penjualannya meningkat pasca bangunan pasar tersebut ditempati.

“Harapannya saya nanti setelah pindah di sini bisa lebih lancar [penjualan],” katanya.

Dia pun mengaku ketika masih menempati bangunan Pasar Terban yang lama, pendapatannya sekitar Rp200.000–Rp500.000 per hari. Sementara ketika dia berdagang di shelter, pendapatannya sempat menurun hingga separuhnya. Dia pun berharap pendapatannya akan meningkat ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|