Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina mulai menggunakan senjata jarak jauh Amerika Serikat (AS) untuk menyerang masuk ke negara Rusia. Serangan Rudal ini dilakukan Kyiv tepat 1.000 hari setelah Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke negara tetangganya itu.
Mengutip Reuters Rabu (20/11/2024), Ukraina menggunakan Army Tactical Missile System (ATACMS) milik AS, menyerang beberapa kota Kremlin pada Selasa. Kyiv menyerang basis militer Rusia dan menyebabkan kebakaran meski cepat dipadamkan.
Media Ukraina juga melaporkan bagaimana Kyiv telah menembakkan rudal ATACMS ke wilayah Rusia untuk pertama kalinya. Dirilis pula rekaman yang diduga sebagai momen peluncuran.
Ukraina pun mengakui pihaknya menyerang depot senjata Rusia, sekitar 110 kilometer (km) di dalam wilayah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, dalam sebuah serangan yang menyebabkan "ledakan sekunder". Namun militer Ukraina tidak secara terbuka menyebutkan senjata apa yang digunakannya walau sumber pemerintah Presiden Vlodymyr Zelensky dan pejabat Washington mengonfirmasi penggunaan ATACMS.
Perlu diketahui keterlibatan ATACMS dalam perang Rusia dan Ukraina telah direstui awal pekan ini oleh Presiden AS Joe Biden. Ia memberikan persetujuan ke Ukraina persis dua bulan sebelum ia lengser dan digantikan Donald Trump.
AS berdalih ini akibat keterlibatan pasukan Korea Utara (Korut) dalam membantu Rusia dalam peperangan. Namun Moskow telah menggambarkan potensi penggunaan mereka sebagai eskalasi yang akan menjadikan Washington sebagai pemain langsung dalam perang dan mendorong pembalasan Rusia.
"Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat," kata pejabat Rusia, anggota parlemen Maria Butina, dikutip Reuters.
"... mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga yang tidak menguntungkan siapa pun," tambahnya.
Lalu apa itu ATACMS? Bagaimana senjata ini begitu mengusik Rusia?
Merujuk laman New York Times, ATACMS dibuat perusahaan AS Lockheed Martin Corporation dan dikembangkan sejak perang dingin. Senjata ini adalah rudal balistik jarak pendek, tergantung pada modelnya, dapat menyerang target sejauh 300 kilometer (km).
Rudal ini diluncurkan dari sistem seperti HIMARS atau M270 dan mengikuti lintasan kuasi-balistik. Hal itu menyebabkannya sulit dideteksi dan dicegat.
Rudal ini mencapai kecepatan Mach 3-4 dan dapat bermanuver di udara untuk menghindari sistem pertahanan udara. Pada saat yang sama, kecepatannya yang tinggi dan jendela reaksinya yang pendek menimbulkan tantangan yang signifikan bagi sistem pertahanan rudal mana pun.
"ATACMS sering disebut sebagai rudal jarak jauh meski istilah subjektif," muat laman Times.
"Rudal ini dapat menjangkau lebih jauh ke Rusia daripada rudal Ukraina lainnya meski tidak dapat menjangkau sejauh rudal jelajah atau rudal balistik antarbenua," tambahnya.
Mengutip BBC, Pentagon memiliki dua versi ATACMS dalam inventarisnya, yakni senjata klaster (ratusan bom kecil) dan satu yang membawa muatan peledak tunggal, seberat 225 kilogram (kg). Setiap rudal berharga sekitar US$1,5 juta (sekitar Rp 23 miliar).
"Awalnya diperkirakan Ukraina akan menyerang target di dalam wilayah Kursk Rusia, tempat pasukan Ukraina menguasai wilayah seluas lebih dari 1.000 km persegi... Ini terkait serangan balasan oleh pasukan Rusia dan Korut untuk merebut kembali wilayah di Kursk," lapor laman Inggris itu,
"Ukraina mungkin menggunakan ATACMS untuk mempertahankan diri dari serangan itu, dengan menargetkan posisi Rusia termasuk pangkalan militer, infrastruktur, dan gudang amunisi," tambahnya.
Foto: (AP/Sgt. 1st Class Andrew Dickson/File Foto)
Sudah Dipasok sejak Lama
Sebenarya AS sudah memasok ATACMS tahun lalu. Tetapi pemerintahan Biden hingga terus menahan persetujuannya untuk penggunaannya melintasi perbatasan ke Rusia.
Gedung Putih juga khawatir jika Ukraina menggunakan rudal tersebut untuk menyerang target jauh di dalam Rusia, Presiden Vladimir Putin mungkin akan menanggapinya dengan meningkatkan ketegangan. Beberapa pejabat Pentagon juga sempat menentang pemberian rudal ini kepada Ukraina karena persediaan yang terbatas.
"Kami berusaha menghindari Perang Dunia 3," kata Biden kala itu sebelum akhirnya menyetujui penggunaan ATACMS.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Lakukan Pertemuan Tertutup dengan CIA
Next Article Video: Rusia Mulai Kalah Perang Hingga BMKG Warning Gempa Megathrust