REPUBLIKA.CO.ID,
BOGOR -- PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menilai produktivitas sawit nasional masih berada di bawah potensi genetiknya. Direktur RPN Iman Yani Harahap mengungkapkan, produktivitas saat ini rata-rata baru sekitar tiga ton crude palm oil (CPO) per hektare setiap tahun. Padahal, potensi genetik tanaman sawit dapat mencapai delapan hingga sepuluh ton per hektare.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Menurut Iman, peningkatan produktivitas menjadi kunci utama keberlanjutan program biodiesel B40 menuju B50. Sebab, peningkatan bauran bahan bakar nabati tersebut akan membutuhkan tambahan pasokan bahan baku sawit dalam jumlah besar.
“Kalau mau naikkan B40 ke B50, kita tingkatkan dulu produktivitas di dalam negeri. Tidak harus ekstensifikasi, karena ruang untuk memperbaiki intensifikasi itu masih luas. Kalau mau replanting, pakailah bahan tanaman unggul, jangan lagi bahan tanaman asalan dan sebagainya,” ujar Iman di Bogor, Selasa (28/10/2025).
Ia menegaskan, ruang peningkatan produktivitas masih terbuka lebar tanpa perluasan lahan baru. Upaya intensifikasi, menurutnya, dapat dilakukan melalui pemilihan varietas unggul, perbaikan manajemen kebun, serta dukungan pemupukan yang tepat.
RPN juga menyoroti pentingnya rantai pasok yang efisien agar peningkatan kapasitas produksi CPO tidak menimbulkan konflik penggunaan bahan baku antara pangan dan energi. Iman menjelaskan, produktivitas rendah berisiko menekan ketersediaan minyak goreng di dalam negeri jika kebutuhan biodiesel meningkat.
“Jadi memang ada prasyarat kalau mau naikkan B40 menjadi B50 supaya jangan ada konflik nanti dalam pemanfaatan bahan bakunya,” tuturnya.
Dalam risetnya, RPN telah menyiapkan bahan tanaman unggul yang mampu menghasilkan hingga 10 ton CPO per hektare. Varietas tersebut dikembangkan bersama lembaga penelitian lain dan penangkar benih yang tersebar di berbagai wilayah sentra perkebunan.
Ia menambahkan, penguatan riset di sektor hulu menjadi bagian integral dari program hilirisasi nasional yang dicanangkan pemerintah. RPN, lanjutnya, tidak hanya fokus pada industri pengolahan, tetapi juga memastikan kesiapan benih, teknologi budidaya, serta pendampingan di lapangan bagi petani dan perusahaan perkebunan.
Peningkatan produktivitas sawit, kata Iman, tidak hanya akan mendukung keberlanjutan biodiesel, tetapi juga memperkuat daya saing industri sawit Indonesia di pasar global. “Kalau kita bisa optimalkan potensi genetik, maka sawit bisa tetap menjadi pilar pertumbuhan ekonomi yang kuat,” ujarnya.
RPN optimistis peningkatan produktivitas dua kali lipat bukan hal mustahil jika seluruh pihak konsisten menjalankan peremajaan dengan bahan tanaman unggul dan teknologi budidaya modern. Peningkatan ini diyakini akan memperkuat kemandirian energi nasional sekaligus menjaga keseimbangan kebutuhan pangan dalam negeri.

2 hours ago
1













































