Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal (Mayjend) Abdolrahim Mousavi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pidatonya pada upacara wisuda kadet militer yang dihadiri para pejabat tinggi, Kepala Staf Militer Iran Mayor Jenderal Mousavi menyatakan bahwa musuh-musuh Iran bersifat agresif. Namun, setelah menerima pukulan berat pada bulan Juni, kecil kemungkinan mereka akan melakukan agresi lebih lanjut — asalkan bertindak secara rasional.
Musuh yang dimaksud agresif itu adalah militer Israel. Militer Israel sering digambarkan memiliki budaya "serang dulu, pikir kemudian" ketika merasa terancam. Pola pikir ini didorong oleh doktrin keamanan yang ofensif dan keyakinan akan superioritas teknologi serta dukungan internasional mereka.
Namun, dalam konteks Iran, tindakan gegabah ini justru berbahaya karena mereka cenderung meremehkan atau salah mengukur kekuatan nyata negeri yang mengagungkan Cirus Agung tersebut.
Iran merupakan negara dengan militer yang besar, kemampuan drone dan rudal canggih yang bisa menjangkau seluruh wilayah Israel, serta jaringan proxy yang siap membalas di seluruh kawasan.
Seperti Menyulut Korek Api di Gudang Mesiu
Serangan gegabah ke jantung Iran bukan seperti menyerang target terisolir, melainkan seperti menyulut korek api di gudang mesiu.
Kegagalan untuk mengukur kekuatan lawan dengan cermat bisa memicu bencana berantai yang tidak terkendali. Dampak langsungnya adalah perang regional skala penuh yang tidak akan seperti konflik 12 hari, tetapi berpotensi menjadi perang panjang dan melelahkan yang melibatkan banyak negara.
Ekonomi global akan terguncang, harga minyak melonjak tak terkendali, dan stabilitas kawasan Timur Tengah yang sudah rapuh bisa runtuh sepenuhnya. Israel sendiri akan menghadapi badai rudal yang dapat melumpuhkan infrastruktur vitalnya, sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Yang lebih menakutkan lagi, dampak jangka panjangnya justru akan menguntungkan Iran. Serangan tanpa pertimbangan matang justru akan mempersatukan rakyat Iran dan memperkuat legitimasi pemerintahannya. Di mata dunia, Iran akan tampak sebagai korban agresi, sementara posisi diplomatik Israel akan semakin terisolir.
Perang semacam ini juga akan membuka "Kotak Pandora". Batasan penggunaan senjata konvensional bisa saja terlampaui, memicu perlombaan senjata yang lebih gila lagi di kawasan.