Muncul Fenomena Baru di Korsel, Benda Mati Miliki Panggilan Anak

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena unik muncul di Korea Selatan (Korsel), di mana benda-benda mati, seperti tas, kopi hingga vitamin memiliki panggilan layaknya makhluk hidup. Tak sedikit mereka memanggil benda-benda mati sebagai anak.

Melansir Korea Herald pada Senin (24/2/2025), di saluran belanja rumahan (home shopping), tas atau perhiasan sering dipersonifikasi dan disebut sebagai "bayi" (atau agi dalam bahasa Korea), "teman" (chingu), atau "anak" (ayi).

Di YouTube dan platform media sosial lainnya, selebritas, influencer, dan bahkan orang biasa menyebut barang-barang mereka sebagai "bayi", yang praktis telah menjadi tren.

Beberapa penjual daring menggambarkan suplemen kesehatan seperti kolagen dan vitamin sebagai "hyoja", istilah Korea yang merujuk pada anak-anak yang mengabdikan diri untuk merawat orang tua mereka. Hal ini mendorong pelanggan untuk membelikannya, atau menggunakan kata kerja Korea "daeryogada" untuk tindakan mengajak seseorang ke suatu tempat.

Penyalahgunaan sebutan kehormatan untuk benda mati juga umum terjadi di tempat layanan pelanggan, seperti kafe, restoran, dan pasar.

Tak sedikit staf menggunakannya saat menyajikan pesanan atau menyapa pelanggan tentang produk atau layanan. Misalnya, saat memberi tahu pelanggan bahwa kopi pesanan mereka sudah siap, staf menggunakan sebutan kehormatan untuk menyebut kopi tersebut.

Kim Rena, seorang warga negara Korea-Kanada berusia 22 tahun yang belajar bahasa Korea di lembaga bahasa Korea Universitas Wanita Ewha, merasa bingung dengan penggunaan sebutan kehormatan ini di kedai kopi.

"Saya pernah menggunakan kata kerja dengan akhiran sebutan kehormatan 'si' saat berbicara dengan nenek saya, tetapi saya tidak tahu orang Korea menggunakan sebutan kehormatan untuk merujuk pada benda," katanya.

Beberapa karyawan di industri jasa mengakui adanya bahasa aneh yang merajalela di industri tersebut. Mereka mengaitkannya dengan obsesi terhadap kesopanan.

Sementara para ahli menyesalkan perubahan baru-baru ini dalam sistem kehormatan, yang merupakan ciri utama bahasa Korea.

Menurut Institut Nasional Bahasa Korea, kehormatan harus digunakan untuk orang yang disapa, bukan untuk benda. Penggunaan semacam itu hanya pantas untuk bagian tubuh, pikiran, atau kata-kata orang yang akan disapa dengan kehormatan.

Menurut mereka, penyalahgunaan kata kehormatan secara teknis yang meluas dalam industri jasa mungkin mencerminkan niat pembicara untuk terdengar sopan dan menunjukkan rasa hormat, tetapi jelas salah secara tata bahasa.

"Kehormatan di Korea merupakan bagian penting dari budaya bahasa negara tersebut, yang menyampaikan kesopanan, formalitas, dan hierarki sosial. Penggunaan kehormatan untuk benda mati mengganggu bahasa Korea," kata seorang profesor bahasa dan sastra Korea di Universitas Sungkyunkwan, Jung Hee-chang.

Profesor tersebut menyerukan budaya yang menghormati dan menghargai aturan dan prinsip bahasa Korea, khususnya sebagai bahasa Korea menarik minat pelajar baru di seluruh dunia dengan pengaruh Gelombang Korea.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Warga Tuntut Pemakzulan Presiden Korsel Dibatalkan

Next Article Badai Salju Hebat Hantam Korsel, 4 Tewas-Penerbangan Ditunda

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|