Jakarta, CNBC Indonesia - Industri perhotelan di Indonesia menghadapi tantangan besar pada tahun 2025. Survei terbaru yang dilakukan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bersama Horwath HTL, yang melibatkan 726 responden dari 717 hotel di 30 provinsi mengungkapkan, tingkat hunian hotel diprediksi mengalami tekanan akibat kebijakan penghematan anggaran pemerintah.
Berdasarkan survei yang dilakukan, hasilnya, lebih dari 50% hotel berbintang melaporkan adanya dampak negatif dari kebijakan ini terhadap pemesanan kamar oleh instansi pemerintah. Di mana sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang selama ini menjadi penyumbang utama pendapatan hotel juga mengalami penurunan drastis.
"Mayoritas responden percaya, pemanfaatan fasilitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) mengalami penurunan drastis merupakan faktor yang paling terdampak dalam operasional hotel mereka. Hal ini dapat dipahami, karena permintaan terkait pemerintah merupakan kontributor utama terhadap permintaan fasilitas MICE," demikian mengutip laporan hasil survei PHRI bersama Horwath HTL yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Rabu (26/3/2025).
Dengan adanya kebijakan efisiensi anggaran yang memangkas perjalanan dinas dan belanja MICE pemerintah, banyak hotel mengalami penurunan signifikan dalam tingkat hunian dan pemanfaatan ruang pertemuan. Bahkan, 42% hotel melaporkan fasilitas ruang pertemuan mereka menjadi tidak terpakai, sementara 18% mengalami penurunan permintaan saat hari kerja.
Sejalan dengan meningkatnya sentimen negatif mengenai kinerja hotel, lebih dari 50% responden melaporkan penurunan pendapatan lebih dari 10% pada November 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini terus memburuk dalam beberapa bulan berikutnya, dengan semakin banyak responden mengalami kerugian yang lebih besar.
Memasuki Januari 2025, lebih dari 30% responden mengaku mengalami penurunan pendapatan lebih dari 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jika melihat dari prediksi penurunan pendapatan tahunan, 56% responden memperkirakan penurunan pendapatan tahunan sebesar 10% hingga 30%.
Lebih lanjut, dampak dari kebijakan efisiensi anggaran pemerintah tidak hanya dirasakan oleh hotel, tetapi juga industri terkait. Seiring dengan melemahnya permintaan, mayoritas hotel kesulitan menaikkan tarif kamar. Kondisi ini semakin memperparah ketidakstabilan keuangan mereka.
Hasil survei menunjukkan:
- 88% hotel memprediksi akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menekan biaya operasional.
- 58% menyatakan berisiko mengalami gagal bayar pinjaman ke bank.
- 48% mengkhawatirkan potensi penutupan hotel akibat defisit operasional.
Dampak ini juga merembet ke sektor lain, seperti pemasok makanan dan minuman, transportasi, dan keuangan. Sekitar 71% responden meyakini gangguan pada industri hotel akan mengacaukan rantai pasok bisnis mereka. Selain itu, 78% memprediksi target pajak hotel tidak akan tercapai, sehingga membutuhkan intervensi pemerintah.
"Efek dominonya, 83% responden (pelaku usaha hotel) yakin, jika situasi saat ini tidak berubah, akan terjadi penurunan sektor pariwisata yang akan berdampak pada ekonomi daerah, yang sangat bergantung pada pariwisata," sebut laporan itu.
Sampai kapan situasi ini akan terus berlanjut?
Lebih dari 50% responden meyakini situasi ini dapat berlanjut setidaknya selama enam bulan ke depan, atau bahkan lebih lama. Momentum positif menjadi faktor krusial bagi pasar berkembang seperti Indonesia, namun dalam kondisi kritis saat ini, pemulihan momentum akan menjadi tantangan besar.
"Sebagai pasar yang didominasi wisatawan domestik, peran pemerintah dan sektor MICE sangat menentukan tren industri perhotelan. Selain itu, pasar ini juga dikenal memiliki sensitivitas tinggi terhadap harga. Hanya sedikit destinasi yang memiliki segmentasi pasar yang lebih luas, dan bahkan lebih sedikit lagi yang didukung oleh keberagaman wisatawan mancanegara dalam jumlah signifikan."
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Waspada Sinyal Perlambatan Ekonomi, Apa yang Harus Dilakukan?
Next Article Tarif Standar Tapi Kamar Hotel Belum Penuh di Libur Nataru, Ada Apa?