Netanyahu Gelar Sayembara Berhadiah Rp 79 Miliar, Ada Apa?

22 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menawarkan hadiah sebesar US$5 juta atau sekitar Rp79 miliar untuk siapa saja yang berhasil membebaskan warga negara itu yang masih ditawan pihak milisi Hamas di Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengumumkan tawaran hadiah tersebut selama kunjungan singkat ke Gaza, Selasa (19/11/2024). Di sana, ia diperlihatkan Koridor Netzarim milik militer Israel, yang merupakan jalan akses utama dan zona penyangga yang dibangun untuk memisahkan Gaza Utara dari bagian Selatan.

"Bagi mereka yang ingin meninggalkan keterikatan ini, saya katakan: Siapa pun yang membawa kami sebagai sandera, akan menemukan jalan keluar yang aman bagi dirinya dan keluarganya. Kami juga akan memberikan US$5 juta untuk setiap sandera," kata Netanyahu selama kunjungan singkatnya itu dikutip Al Jazeera.

"Pilihan ada di tangan Anda tetapi hasilnya akan sama: Kami akan membawa mereka semua kembali," tambahnya.

Israel memperkirakan bahwa 101 tawanan masih berada di Gaza. Meski begitu, sekitar sepertiga dari jumlah tersebut kini diyakini telah meninggal.

Tawaran hadiah Netanyahu muncul saat protes massal terus berlanjut di Israel oleh keluarga tawanan dan pendukung mereka yang menuntut agar Tel Aviv mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang akan membebaskan orang-orang yang mereka cintai.

Netanyahu telah berulang kali mengatakan bahwa opsi militer adalah satu-satunya cara untuk membebaskan semua tawanan. Ia juga menegaskan perang Israel di Gaza akan terus berlanjut hingga tujuan tersebut tercapai.

Keluarga tawanan menuduh pemerintah Netanyahu tidak berbuat cukup banyak untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Di sisi lain, mantan ajudan Netanyahu telah ditangkap atas dugaan membocorkan materi rahasia ke media asing dalam upaya untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata sebelumnya dengan Hamas.

Para analis mengatakan Netanyahu terus-menerus menggagalkan kemungkinan berakhirnya pertempuran di Gaza karena hal ini dapat beresiko bagi runtuhnya pemerintahannya. Ini juga untuk menahan peluncuran penyelidikan resmi atas kegagalan keamanan oleh Netanyahu dan pejabat Israel lainnya menjelang serangan Hamas pada 7 Oktober. Netanyahu juga sedang diselidiki atas tuduhan korupsi.

Hamas, sementara itu, telah lama menuduh negosiator gencatan senjata Israel tidak serius dalam mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran di Gaza.

PBB-G20 Teriak

Minggu lalu, sebuah komite khusus PBB yang menyelidiki perang Israel di Gaza mengatakan kebijakan Tel Aviv menunjukkan karakteristik genosida. Mereka juga menuduh negara itu 'menggunakan kelaparan sebagai metode perang' terhadap warga sipil Palestina di wilayah tersebut.

"Israel telah menimbulkan korban sipil massal dan kondisi yang mengancam jiwa bagi warga Palestina," kata komite tersebut.

"Sejak awal perang, pejabat Israel secara terbuka mendukung kebijakan yang merampas kebutuhan pokok warga Palestina yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, makanan, air, dan bahan bakar."

Perang Israel di wilayah tersebut telah menewaskan hampir 44.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 104.000 lainnya.

Di momen yang berbeda, para pemimpin negara-negara ekonomi utama G20 yang bertemu di Rio de Janeiro juga menyerukan gencatan senjata 'komprehensif' di Gaza pada hari Senin.

Dalam sebuah pernyataan, para pemimpin menyatakan "keprihatinan yang mendalam tentang situasi kemanusiaan yang dahsyat" di Gaza serta kekhawatiran atas "eskalasi di Lebanon". Mereka juga menyerukan gencatan senjata yang memungkinkan "warga negara untuk kembali dengan selamat ke rumah mereka" di Lebanon Selatan dan Israel Utara.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Yoav Bongkar Alasan Tolak Kesepakatan Pertukaran Sandera

Next Article Rusuh! Jubir IDF Akui Tak Mungkin Hancurkan Hamas, Netanyahu Ngamuk

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|