Pabrik Alumina Rp 14 Triliun Jalan, Ekonomi Daerah Ini Siap Melejit

3 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Fasilitas pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina atau Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan total investasi mencapai US$ 900 juta setara Rp 14,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.185 per US$) dinilai bisa membuat perekonomian wilayah Mempawah, Kalimantan Barat melejit.

Proyek tersebut merupakan proyek yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) sebagai perusahaan patungan dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Fase 1 proyek tersebut ditargetkan akan bisa mulai memproduksi 1 juta ton alumina per tahun mulai awal tahun 2025 mendatang. Peresmian smelter ini masuk ke dalam Big Stories CNBC Indonesia tahun 2024

Dongkrak perekonomian Mempawah

Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung menyebutkan, pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina tersebut bisa memberikan efek berkelanjutan, baik untuk daerah sekitar Mempawah, Kalimantan Barat, maupun untuk negara.

Khusus dampak untuk daerah, Leonard mengatakan, pabrik tersebut akan membuka lapangan kerja hingga meningkatkan perekonomian wilayah tersebut.

"Kehadiran PT Borneo Alumina ini akan membuka lapangan kerja, akan menggerakkan roda perekonomian mulai dari meningkatnya kebutuhan atau pemenuhan dari masyarakat sebagai supplier barang, supplier material termasuk juga tenaga kerja. Dan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Leonard kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, Kamis (17/10/2024).

Leonard menjelaskan, pabrik yang dioperasikan oleh pihaknya itu memberikan kontribusi besar untuk pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat. Dia mengungkapkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertambangan saja mencapai angka 15,38% yang dinilai bisa meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut.

Dengan begitu, jika pabrik alumina miliknya sudah mulai beroperasi dengan kapasitas penuh yang ditargetkan akan terjadi pada awal 2025 mendatang, maka pihaknya akan berperan besar dalam peningkatan ekonomi di Kalimantan Barat.

"Kalau kita lihat dari porsi itu sebetulnya industri pengolahan ini sangat memberikan kontribusi yang sangat besar di Kalimantan Barat dan tentunya dengan keberadaan PT Borneo Alumina Indonesia ini, dan nanti dengan produksi yang penuh, ini akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat," kata dia.

Tidak hanya itu, Leonard mengatakan, masyarakat lokal juga akan diprioritaskan untuk dipekerjakan di SGAR miliknya. Dia mengatakan perusahaan terus berupaya mengembangkan kapasitas masyarakat sekitar smelter supaya bisa dipekerjakan oleh PT BAI.

"Kalau kita punya masyarakat lokal yang mempunyai pengalaman, tentunya melalui program CSR kita, kita akan usahakan agar masyarakat lokal ini bisa diberdayakan," ungkapnya.

Adapun, Leonard menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada 5% tenaga kerja yang terserap oleh sektor pengolahan. Artinya, untuk keseluruhan angkatan kerja di Kalimantan Barat yang mencapai 2,7 juta orang, diserap ke sektor pengolahan mencapai sekitar 5%.

"Kalau dari angkatan kerja Kalimantan Barat ini kurang lebih sekitar 2,7 juta, maka ada 5%-nya itu diserap ke dalam pabrik pengolahan," tandasnya.

Diresmikan Presiden RI Ke-7 Joko Widodo (Jokowi)

Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (24/09/2024), meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek SGAR Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

"Pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini yang merupakan kerja sama antara PT Inalum dan PT Antam hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya," tutur Presiden Jokowi saat memberikan sambutan untuk peresmian injeksi bauksit perdana SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/09/2024).

"Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita menyongsong Indonesia menjadi negara industri mengolah SDA kita sendiri dan tidak lagi mengekspor bahan mentah. Stop ekspor bahan mentah olah sendiri karena nilai tambahnya, akan diperoleh masyarakat negara dan itu kelihatan sekali lompatan nilai tambah kelihatan angkanya," ujarnya.

Dia menyebut, kebutuhan aluminium di Indonesia mencapai 1,2 juta ton. 56% kebutuhan aluminium masih diimpor.

"Oleh sebab itu, setelah ini selesai berproduksi, impor yang 56% ini kita stop. Gak impor lagi, kita produksi sendiri di dalam negeri. Dan kita tidak kehilangan devisa karena dari sini kita harus keluar devisa sekitar US$ 3,5 billion tiap tahun, angka yang besar sekali, Rp 50 triliun lebih, angka kita hilang karena impor aluminium," papar Jokowi.

"Dan saya senang sekali ekosistem dari hulu sampai hilir industri aluminium yang terintegrasi betul-betul telah selesai fase pertama dari bahan baku dari Tayan ditarik ke sini, di sini jadi alumina, dikirim ke pelabuhan untuk diolah lagi di PT Inalum dan kita harapkan dengan investasi sebesar Rp 16 triliun rupiah kita akan betul-betul memulai babak baru Indonesia sebagai negara industri," tuturnya.

"Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, pada pagi hari ini saya resmikan injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery PT Borneo Alumina Indonesia di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat," ungkap Jokowi.

Bakal lanjut fase 2

Setelah Fase 1, proyek SGAR ini akan dilanjutkan ke Fase 2 yang ditargetkan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun, dengan target operasi pada 2028.

Melalui pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik akan meningkat menjadi sebesar 2 juta ton per tahun dengan penyerapan mineral bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun.

Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi aluminiumnya hingga mencapai 900.000 ton per tahun.

Sebagai tambahan, smelter aluminium Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga sebesar 275.000 ton per tahun yang seluruhnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik.

Namun kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun dan sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh produk impor dengan porsi impor sebesar 56% dan pasokan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video : Crazy Rich Surabaya Budi Said Dituntut 16 Tahun Penjara

Next Article Hilirisasi Bauksit Mandek, Siap-Siap Bahlil Bakal Lakukan Ini..

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|