Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak goreng kemasan sederhana merek Minyakita masih terpantau tinggi di pasaran. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (10/2/2025), sejumlah pedagang kompak membanderol harga Minyakita di Rp18.000 per liter.
Padahal, permintaan Minyakita cenderung berkurang. Sebab, pedagang gorengan mulai beralih ke minyak goreng curah.
Sidik, salah seorang pedagang di Pasar Rumput, mengaku menjual Minyakita di angka tersebut karena harga modal belinya sudah mencapai Rp17.000-Rp17.500 per liter.
"Masih mahal harga Minyakita. Kita jual Rp18.000 (per liter). Modalnya saya ngambil Rp17.000-Rp17.500 per liter, paling saya cuma ambil untung Rp1.000-Rp1.500 saja sih. Belum ada turun dari kemarin, masih tinggi juga harganya segini," kata Sidik kepada CNBC Indonesia.
Hal serupa disampaikan Mimin, pedagang lainnya di Pasar Rumput. Ia menyebut harga jual Minyakita masih berada di level Rp18.000 per liter, meski pemerintah mengklaim harga sudah turun.
"Harga Minyakita kalau saya ngetengin Rp18.000 (per liter). Kemarin katanya pak menteri, saya baca tuh di berita harga Minyakita sudah turun, tapi kenyataannya ya begitu, masih mahal. Saya modal beli sedus isi satu lusin (12 bungkus) itu Rp206.000, berarti modalnya saya kan Rp17.200 (per liter) lah," jelas Mimin.
Meski harga masih tinggi, baik Sidik maupun Mimin mengaku tidak kesulitan mendapatkan stok Minyakita.
"Kalau barang sih sebenarnya gampang. Stoknya banyak kalau kemarin pas saya mau ngambil di agen, cuma harganya yang masih jauh tinggi. Barangnya nggak susah," ujar Sidik.
Permintaan Berkurang
Mimin juga mengonfirmasi hal yang sama, bahwa stok Minyakita tetap tersedia, tetapi harga belinya masih tinggi. "Barangnya rada lumayan gampang sih. Cuma harganya yang masih tinggi," katanya.
Sidik mengungkapkan permintaan Minyakita mulai berkurang, salah satunya karena isu mengenai kualitas minyak yang beredar di pasaran. Selain itu, beberapa pelanggan, terutama pedagang gorengan, kembali beralih ke minyak curah karena lebih hemat digunakan.
"Yang nyari sih kebanyakan pada berkurang. Soalnya kan kemarin sempat ada isu Minyakita KW, KW apaan itu kan. Jadi, orang, 'wah, nggak usah beli lagi deh'. Terus kalau dari segi tukang gorengan juga dia lebih boros, karena minyaknya nyerep ke gorengan. Makanya kalau tukang gorengan mereka balik ke curah lagi, soalnya kalau curah kan dia nggak nyerap, jadi lebih awet," jelasnya.
Sementara itu, untuk kebutuhan rumah tangga, ungkap Sidik, banyak konsumen yang kembali beralih ke minyak goreng kemasan premium. "Kalau yang rumahan, mereka banyak balik ke merek Tropical, Sania, dan lain-lain," imbuh dia.
Pedagang Protes HET Minyakita
Lebih lanjut, Mimin mengkritisi kebijakan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita sebesar Rp15.700 per liter yang dinilai tidak sesuai dengan harga di lapangan.
"Cuma kalau Minyakita itu dipakaiin harga, dibanderol, tapi harganya nggak sesuai. Masa modal kita belinya aja sudah jauh lebih mahal dari harga yang dibanderol, kan kita jadi ngehargain sendiri. Itu kadang pembeli tuh nanyain, malah ada yang jadi nggak beli karena 'kok harganya beda?'. Udahlah kalau memang harganya mahal, nggak usah dikasih bandrol. Repot," keluh Mimin.
Baik Sidik maupun Mimin berharap harga Minyakita bisa kembali turun ke HET yang ditetapkan pemerintah, agar pedagang bisa menjual sesuai harga yang tertera pada kemasan.
"Harapannya sih dia turun lagi ya, supaya kita bisa jual sesuai yang dilabelnya itu. Karena kan minyak ini buat kita-kita yang kelas bawah ya," pungkasnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Beri Sinyal Reshuffle - Trump Mau Hapus Kemendikbud AS
Next Article Pantas Prabowo Minta Bulog Turun Tangan Urus Minyakita, Situasi Parah