Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah menguat dan mencapai level tertinggi dalam dua bulan didorong oleh harapan adanya pemotongan suku bunga bank sentral untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan permintaan bahan bakar.
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Kamis (2/1/2024) harga minyak mentah acuan Brent tercatat di US$75,93 per barel, melejit 1,73% dari posisi sebelumnya. Sementara acuan minyak West Texas Intermediate menguat 1,97% ke US$73,13 per barel.
Aktivitas pabrik di Asia, Eropa, dan AS mengakhiri tahun 2024 dengan catatan suram, karena ekspektasi untuk tahun baru melemah di tengah meningkatnya risiko perdagangan dari kemungkinan masa jabatan kedua Donald Trump dan pemulihan ekonomi Tiongkok yang rapuh.
"PMI bulan Desember untuk Asia memberikan hasil yang beragam, tetapi kami terus memperkirakan aktivitas manufaktur dan pertumbuhan PDB di wilayah ini akan tetap lesu dalam waktu dekat," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan, mengacu pada data indeks manajer pembelian yang diterbitkan pada hari Kamis.
"Dengan pertumbuhan yang diperkirakan masih sulit dan inflasi di bawah target di sebagian besar negara, kami pikir bank sentral di Asia akan terus melonggarkan kebijakan."
Suku bunga yang lebih rendah seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Investor memperhatikan kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS tahun ini untuk mendukung ekonominya, sementara Presiden China Xi Jinping telah berjanji untuk mengadopsi kebijakan yang lebih proaktif guna mendorong pertumbuhan.
"Dengan lintasan ekonomi Tiongkok yang diproyeksikan memainkan peran penting di tahun 2025, harapan tertuju pada langkah-langkah stimulus pemerintah untuk mendorong peningkatan konsumsi dan memperkuat pertumbuhan permintaan minyak dalam beberapa bulan mendatang," kata analis StoneX, Alex Hodes.
Di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, persediaan bensin dan distilat melonjak minggu lalu karena kilang meningkatkan produksi, tetapi permintaan bahan bakar mencapai level terendah dalam dua tahun. EIA/S
Persediaan minyak mentah turun lebih kecil dari yang diharapkan, hanya berkurang 1,2 juta barel menjadi 415,6 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan sebesar 2,8 juta barel.
Para pedagang juga memperhatikan ramalan cuaca terbaru karena ekspektasi gelombang dingin di AS dan Eropa dalam beberapa minggu mendatang dapat meningkatkan permintaan diesel sebagai pengganti gas alam untuk pemanas.
(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ditutup Menguat, Rupiah Masih Lesu
Next Article Data Ekonomi AS Melemah, Harga Minyak Rawan Koreksi!