Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang mencatat peningkatan terbesar dalam jumlah tenaga kerja asing secara tahunan sejak pencatatan dimulai pada 2008. Lonjakan ini terjadi di tengah upaya Jepang mengatasi kekurangan tenaga kerja yang diperparah oleh populasi yang semakin menua.
Menurut data pemerintah yang dirilis Jumat (31/1/2025), pada Oktober 2024, jumlah tenaga kerja asing di Jepang mencapai 2,3 juta orang, meningkat sekitar 254.000 dari tahun sebelumnya.
Data Kementerian Tenaga Kerja Jepang menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja asing telah meningkat hampir tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir, dari 788.000 orang pada tahun 2014. Lonjakan ini menandai rekor tertinggi dalam serangkaian peningkatan tahunan yang terus memecahkan rekor sebelumnya.
Jepang, yang memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Monako menurut Bank Dunia, menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja akibat aturan imigrasi yang relatif ketat. Populasi yang menua dan tingkat kelahiran yang rendah telah memaksa negara ini untuk semakin bergantung pada tenaga kerja asing untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.
"Kami melihat peningkatan signifikan dalam jumlah tenaga kerja asing, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan banyak tenaga manusia," kata seorang pejabat Kementerian Tenaga Kerja, dilansir AFP.
"Ini mencerminkan kebutuhan mendesak Jepang untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di berbagai industri."
Komposisi Tenaga Kerja Asing
Data terbaru menunjukkan bahwa warga Vietnam, China, dan Filipina merupakan tiga kelompok terbesar dalam tenaga kerja asing di Jepang. Pekerja asing ini umumnya bekerja di sektor manufaktur, perhotelan, dan ritel. Selain itu, program magang teknis masih menjadi bagian penting dari tenaga kerja asing, menyumbang 20,4 persen dari total.
Program magang teknis, yang disponsori negara, secara resmi bertujuan untuk memberikan pengalaman spesialis kepada peserta dari negara-negara seperti China dan Vietnam agar dapat digunakan di negara asal mereka.
Namun, program ini telah lama dikritik sebagai "pintu belakang" untuk mempekerjakan tenaga kerja asing di negara yang secara tradisional enggan mengakui dirinya sebagai negara imigran.
Program magang teknis telah menjadi sorotan karena berbagai tuduhan diskriminasi dan pelecehan fisik terhadap peserta. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa peserta magang seringkali dihadapkan pada kondisi kerja yang buruk, upah rendah, dan perlakuan tidak adil.
"Program ini seharusnya menjadi kesempatan untuk belajar, tetapi pada kenyataannya, banyak peserta yang dieksploitasi," kata seorang aktivis hak pekerja asing.
Pemerintah Jepang telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan dan perlindungan bagi peserta magang, tetapi kritik terhadap program ini terus berlanjut.
"Kami perlu memastikan bahwa program ini benar-benar memberikan manfaat bagi peserta dan tidak menjadi alat untuk mengeksploitasi tenaga kerja murah," tambah aktivis tersebut.
Adapun peningkatan jumlah tenaga kerja asing telah memberikan dampak signifikan bagi perekonomian Jepang, terutama di sektor-sektor yang kesulitan merekrut pekerja lokal. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan sosial, termasuk integrasi budaya dan penyesuaian masyarakat Jepang terhadap keberadaan warga asing.
"Kami menyambut baik kontribusi tenaga kerja asing, tetapi kami juga perlu memastikan bahwa mereka diperlakukan dengan adil dan dihormati," kata seorang pejabat pemerintah. "Ini adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang inklusif."
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: "Senjata" Vietnam Yang Ancam Ekonomi RI & Jadi Penguasa ASEAN
Next Article Jepang Minta Karyawan Cuma Kerja 4 Hari Seminggu