Pengusaha Beri Solusi RI "Lawan" Trump, Bisa Lakukan Ini

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pengusaha mendorong penguatan kerjasama bisnis antara negara-negara di wilayah Asia dan Afrika. Ini diyakini bisa menjadi salah satu langkah strategis menghadapi dampak ketegangan perdagangan global, yang kini tengah memanas akibat perang tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Perekonomian di kedua kawasan disebut memiliki potensi yang sangat besar dari sisi kontribusi GDP dan laju pertumbuhan. Sehingga kerjasama yang solid akan mengimbangi ketidakpastian global.

"Indonesia harus aktif merespon tantangan perdagangan internasional melalui diversifikasi kemitraan ekonomi," kata Ketua Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC)  Arsjad Rasjid dalam dialog bersama perwakilan negara-negara Asia dan Afrika dalam peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung Selasa malam, dikutip Rabu (23/4/2025).

"Asia dan Afrika bukan hanya pasar baru, melainkan mitra strategis dengan kedekatan sejarah, ideologi dan tujuan yang selaras dengan Indonesia," tambahnya.

Menurutnya peran Afrika sebagai mitra strategis bagi Indonesia sangat besar. Kawasan ini memiliki prospek yang besar dalam hal bonus demografi serta potensi energi terbarukan yang besar.

Asia sendiri, lanjutnya, telah lebih dulu mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui perdagangan dan industrialisasi. Karenanya, pihaknya meminta agar pemerintah negara-negara di Asia dan Afrika menguatkan komitmen untuk membangun tatanan dunia yang stabil, adil, dan damai sehingga perekonomian dunia dapat tumbuh dan berkembang dalam iklim kompetisi yang sehat.

"Saat ini merupakan momentum yang sangat baik karena kondisi ekonomi global memaksa pelaku bisnis untuk diversifikasi dan mencari lebih banyak mitra dagang baru," ujar Arsjad lagi.

Sementara itu, Duta Besar India untuk RI Sandeep Chakravorty mengatakan dunia telah mengalami kemajuan ekonomi dan teknologi yang signifikan. Namun saat ini dunia kembali menghadapi tantangan geopolitik, konservatisme ekonomi yang semakin kuat, dan berkurangnya kepercayaan kepada sistem multilateralisme.

"Di era di mana dunia semakin terpolarisasi, kebutuhan akan kesatuan di antara negara-negara berkembang semakin kritikal. Sudah saatnya kita membawa semangat KAA Bandung, mendorong kolaborasi yang lebih kuat di antara negara-negara Global South," katanya dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jalan Terjal Indonesia Negosiasi Tarif Trump

Next Article 50 Pengusaha Raksasa Amerika Temui Prabowo, Sampaikan Hal Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|