Perang Baru Meletus di Timur Tengah, 1.000 Orang Tewas-Rumah Dibakar

12 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang saudara di Suriah kian memanas. Orang-orang bersenjata dan pasukan keamanan yang terkait dengan penguasa baru Suriah telah menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Di antaranya adalah wanita dan anak-anak dari kelompok minoritas Alawi, menurut keterangan kepala pemantau perang, dikutip dari Reuters, Minggu (9/3/2025).

Rami Abdulrahman dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan pembunuhan yang meluas di Jableh, Baniyas, dan daerah sekitarnya di jantung Alawi Suriah merupakan kekerasan terburuk selama bertahun-tahun dalam konflik sipil yang telah berlangsung selama 13 tahun.

Otoritas baru makin kencang menindak para militan mantan Presiden Bashar al-Assad. Para militan itu disebut oleh rezim baru sebagai kaum 'pemberontak'.

Ketegangan ini memanas setelah penyergapan mematikan yang dilakukan kelompok militan pendukung pemerintahan Bashar al-Assad.

Puluhan pasukan keamanan tewas dalam bentrokan hebat dengan kelompok militan, kata seorang pejabat keamanan Suriah.

Para pejabat telah mengakui adanya pelanggaran selama operasi tersebut. Mereka menyalahkan warga sipil dan pejuang yang tidak terorganisir yang berusaha mendukung pasukan keamanan resmi atau melakukan kejahatan di tengah kekacauan pertempuran.

Sumber dalam Kementerian Pertahanan pada Sabtu (8/3) waktu setempat mengatakan kepada media pemerintah bahwa semua jalan menuju pesisir telah diblokir. Tujuannya menghentikan pelanggaran dan membantu memulihkan kondisi.

Pasukan keamanan dikerahkan di jalan-jalan kota pesisir. Sumber tersebut menambahkan bahwa komite darurat telah dibentuk untuk memantau pelanggaran yang dilakukan oknum-oknum yang tidak mematuhi perintah komando militer.

Skala kekerasan yang dilaporkan mencakup laporan pembunuhan bergaya eksekusi terhadap puluhan pria Alawi di satu desa. Hal ini makin mempertanyakan kemampuan otoritas penguasa Islam untuk memerintah secara inklusif, yang menurut ibu kota Barat dan Arab merupakan perhatian utama.

Sebagai informasi, Assad digulingkan pada Desember 2024 lalu setelah puluhan tahun menguasai pemerintahan. Ia membentuk dinasti yang diisi keluarganya, hingga memicu penindasan dan perang suadara.

Presiden sementara Suriah, Ahmed Sharaa, yang membekingi tindakan keras pasukan militer mengatakan dalam pidatonya bahwa respons di lapangan harus tetap kondusif.

"Sebab yang membedakan kita dari musuh adalah komitmen kita terhadap nilai-nilai kita," kata dia dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Jumat (7/3) waktu setempat.

"Ketika kita mengabaikan moral kita, kita dan musuh akan berakhir di pihak yang sama," katanya, seraya menambahkan bahwa warga sipil dan tawanan tidak boleh diperlakukan dengan buruk.

Keluarga Korban Berduka

Linimasa Facebook di Suriah pada Sabtu (8/3) kemarin dipenuhi dengan gambar dan berita duka dari orang-orang dari daerah pesisir yang sedang berduka karena keluarga dan teman-teman mereka telah terbunuh.

Abdulrahman, seorang kritikus terkemuka terhadap pemerintah yang dipimpin Assad mengatakan kondisi yang terjadi saat ini bukan soal pro atau kontra terhadap rezim Assad.

"Ini adalah pembantaian sektarian yang bertujuan untuk mengusir penduduk Alawi dari rumah mereka," ia menuturkan.

Kementerian Pertahanan dan Badan Keamanan Dalam Negeri mengatakan pihaknya berusaha memulihkan ketenangan dan ketertiban, serta mencegah pelanggaran terhadap warga sipil di wilayah pesisir.

Enam penduduk wilayah pesisir mengatakan ribuan warga Alawi dan Kristen telah meninggalkan rumah mereka sejak Kamis (6/3), karena takut akan keselamatan mereka.

Ratusan orang, kebanyakan wanita, anak-anak, dan orang tua, mencari perlindungan di pangkalan militer Rusia di Mediterania di Hmeimim, Latakia, menurut rekaman dari tempat kejadian dan dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

Abdulrahman dan empat orang di wilayah pesisir yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan pembunuhan, penjarahan, dan pembakaran rumah terus berlanjut sepanjang malam di Baniyas dan desa-desa di sekitarnya. Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataan tersebut secara independen.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Saudara Masih Acak-acak Negara Suriah

Next Article Pecah Perang Baru di Negara Arab Ini, Pemberontak Kuasai Pusat Kota

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|