Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dengan tegas menolak rencana terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan menerapkan tarif tambahan 10% terhadap barang impor dari negara tersebut mulai 4 Maret, sambil menuduh dirinya mencari kambing hitam dalam masalah penyelundupan fentanil.
Beijing juga memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan balasan demi melindungi kepentingannya.
"China telah berulang kali menegaskan bahwa tarif sepihak melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan merusak sistem perdagangan multilateral," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan pada Jumat (28/2025), dilansir Reuters.
"Sekali lagi, AS mengancam akan memberlakukan tarif tambahan. Ini adalah bentuk pengalihan kesalahan dan penghindaran tanggung jawab yang sama sekali tidak membantu dalam menyelesaikan masalah mereka sendiri," tambahnya.
Trump pada Kamis mengumumkan bahwa tarif 25% terhadap barang dari Meksiko dan Kanada akan berlaku mulai Selasa, bersamaan dengan tarif tambahan 10% terhadap barang impor dari China.
Tarif baru ini merupakan tambahan dari tarif 10% yang telah diterapkan pada 4 Februari, yang menandakan makin kerasnya sikap Gedung Putih terhadap Negeri Tirai Bambu menjelang pertemuan tahunan parlemen China pekan depan. Dalam pertemuan ini, Beijing diperkirakan akan mengumumkan prioritas utama ekonominya untuk tahun 2025.
"Jika AS bersikeras mengambil tindakan ini, China akan mengambil semua langkah balasan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingannya secara sah," kata Kementerian Perdagangan China.
Pernyataan ini memperjelas bahwa Beijing tidak akan tinggal diam dan sedang menyiapkan strategi untuk menghadapi tekanan ekonomi dari Washington.
Alasan Trump
Trump beralasan bahwa tarif tambahan ini diberlakukan karena China dianggap gagal menghentikan arus fentanil ke AS, sebuah zat opioid sintetis yang sangat mematikan dan telah menyebabkan krisis narkoba di Amerika Serikat.
Namun, Beijing menegaskan bahwa China memiliki salah satu kebijakan anti-narkoba paling ketat di dunia, dan menyebut tuduhan Trump sebagai taktik pengalihan kesalahan.
"China memiliki kebijakan anti-narkoba yang paling ketat dan paling diawasi di dunia," kata Kementerian Perdagangan.
"Kami telah menambahkan tujuh bahan kimia prekursor baru ke dalam daftar kontrol domestik dan 24 bahan kimia prekursor ke dalam daftar kontrol ekspor," ungkap Kementerian Keamanan Publik China dalam pernyataan terpisah pada Jumat.
Selain itu, otoritas China mengeklaim telah menyita 1.427,4 ton bahan pembuat narkoba dalam setahun terakhir, meskipun tidak secara spesifik menyebut apakah penyitaan ini terkait fentanil.
Ketidakpastian Hubungan
Meskipun ada ketegangan yang meningkat, para analis percaya bahwa Beijing masih berharap bisa mencapai kesepakatan dengan Trump untuk meredakan perang dagang. Namun, hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda pembicaraan konkret antara kedua negara.
"Ada banyak pergerakan, tetapi masih belum jelas apa sebenarnya tujuan utama pemerintahan Trump terhadap China," kata Christopher Beddor, Deputi Direktur Riset Tiongkok di Gavekal Dragonomics.
Sejak menjabat kembali, Trump memang menunjukkan tanda-tanda ingin memperdalam pemisahan ekonomi dari China. Meskipun ia awalnya mengancam akan menerapkan tarif hingga 60% terhadap barang China, sejauh ini, ia belum merealisasikan ancaman tersebut.
Namun, dengan pengumuman tarif terbaru ini, arah kebijakan ekonomi AS terhadap China tampaknya semakin keras.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perang Tarif Dimulai! Trump Pasang Tarif 25% ke Kanada-Meksiko
Next Article Perang Dagang Jilid 2 Trump Dimulai, 3 Negara Resmi Jadi Sasaran