Perang Saudara Tetangga RI Memanas, Munculkan 'Gaza' Baru

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 22 orang, termasuk 20 anak-anak, tewas setelah junta militer Myanmar meluncurkan serangan udara. Penyerangan terjadi meski ada gencatan senjata kemanusiaan pasca gempa bumi yang dahsyat.

AFP pada Kamis (15/45/2025), mengutip keterangan penduduk setempat, melaporkan bahwa serangan tersebut diketahui telah menghantam sebuah sekolah di desa Oe Htein Kwin pada Senin, 12 Mei sekitar pukul 10:00 pagi waktu setempat. Desa tersebut berada sekitar 100 kilometer (65 mil) barat laut dari episentrum gempa 28 Maret lalu.

"Untuk saat ini, total 22 orang - 20 anak-anak dan dua guru - telah tewas," kata seorang guru berusia 34 tahun di sekolah tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

"Kami mencoba untuk menyebarkan anak-anak, tetapi pesawat tempur itu terlalu cepat dan menjatuhkan bomnya," tambahnya. "Saya belum dapat mengumpulkan semua data korban karena para orang tua sedang terburu-buru."

Bangunan sekolah hijau itu hancur, atap logamnya remuk dengan lubang menganga yang menembus dinding bata.

Lebih dari selusin tas buku yang terbengkalai ditumpuk di depan tiang yang mengibarkan bendera Myanmar di luar, sementara para orang tua memahat kuburan kecil dari tanah yang keras untuk menguburkan jasad anak-anak mereka yang terbungkus kain kafan.

Namun tim informasi junta mengatakan laporan serangan itu adalah "berita yang dibuat-buat".

"Tidak ada serangan udara terhadap target nonmiliter," katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara Kepala PBB Antonio Guterres "sangat khawatir" oleh laporan tentang serangan itu, menurut keterangan dari juru bicaranya kepada wartawan di New York. Ia menambahkan bahwa "sekolah harus tetap menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar dan tidak dibom."

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Uni Eropa pada Rabu. Mereka menyuarakan keterkejutannya atas serangan udara yang mematikan di sebuah sekolah di Myanmar tengah dan memperingatkan bahwa "para pelaku harus bertanggung jawab atas kekejaman ini".

"Kami merasa ngeri atas laporan pembantaian di sebuah sekolah desa di Sagaing," kata juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa, Anitta Hipper, di X. "Belasungkawa terdalam kami kepada keluarga korban, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak."

Myanmar telah dilanda perang saudara sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil pada tahun 2021. Saat ini junta menderita kerugian besar dari banyak gerilyawan antikudeta dan kelompok etnis bersenjata yang telah lama aktif.

Namun, militer menjanjikan gencatan senjata sepanjang bulan ini "untuk melanjutkan proses pembangunan kembali dan rehabilitasi" setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,7 di wilayah tengah Myanmar yang menewaskan hampir 3.800 orang.


(tfa/tfa)

Saksikan video di bawah ini:

Inilah Kerusakan Akibat Gempa Myanmar

Next Article Perang Saudara Tetangga RI Memanas, Pemberontak Makin Ganas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|