Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan perdana di 2025, tepatnya pada awal sesi I Kamis (2/1/2025), di mana tampaknya pasar akan merespons langkah pemerintah yang hanya menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% ke barang-barang mewah.
Selain itu, pasar menanti rilis data inflasi Tanah Air periode Desember 2024 dan data manufaktur RI pada periode yang sama.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,41% ke posisi 7.109,08. Selang lima menit setelah dibuka, penguatan IHSG cenderung turun sedikit menjadi 0,39% ke 7.107,7. IHSG berhasil menyentuh level psikologis 7.100 di perdagangan perdana 2025.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 592 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,9 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 70.073 kali.
IHSG membuka perdagangan perdana 2025 dengan dibuka di zona hijau. Adapun sentimen pada hari ini yakni terkait kenaikan PPN 12% yang hanya berlaku pada barang-barang mewah dan rilis data inflasi serta data manufaktur RI pada Desember 2024.
Pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.
Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item yang tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN yang berlaku tetap 11% mengacu pada penetapan sejak 2021.
Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.
Hal ini juga menjadi kabar baik bagi para pelaku usaha karena daya beli masyarakat tidak jadi terbebani oleh kenaikan PPN 12%.
Di lain sisi, pasar menanti rilis data inflasi dan manufaktur RI pada Desember 2024. CNBC Indonesia menghimpun konsensus dari 13 institusi dalam memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode Desember 2024.
Hasilnya, IHK diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,47%. Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,61%.
Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Desember 2024 akan berada di 2,29% (yoy), merangkak dibandingkan November (2,26%).
Sebagai pembanding, inflasi pada periode November 2024 tercatat 0,30% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,55%. Sehingga, jika inflasi bulanan menembus 0,47% seperti dalam konsensus, itu akan menjadi inflasi (mtm) tertinggi sejak Maret 2024 atau sembilan bulan terakhir.
Indonesia menghitung inflasi Desember (yoy) sebagai inflasi sepanjang tahun. Artinya, inflasi tahunan yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
Jika inflasi (yoy) pada Desember 2024 mencapai 1,61% seperti dengan konsensus, inflasi sepanjang 2024 juga hanya akan menyentuh 1,61%. Artinya, angka itu akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Pada hari ini, akan terdapat rilis data PMI Manufaktur Indonesia periode Desember 2024.
Berdasarkan perkiraan Tradingeconomics, PMI Manufaktur Indonesia akan berada di zona ekspansi pada Desember 2024. Jika terjadi, menjadi pertama kali sejak lima bulan beruntun berada di zona kontraksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article Ancaman Resesi AS Buat IHSG Makin Hancur, Sudah Ambruk 2%