Kendeng 2025-11-07 17:33:39
Bupati Grobogan Soekarman bersama istri tahun 1936. Pada 1939 mendapat kenaikan gelar menjadi Adipati yang diserahkan oleh Residen Semarang. Ia pernah pula mendapat penghargaan setelah memburu Tan Malaka ke Bangkok. Sumber: de locomotief
Bupati Grobogan, Raden Tumenggung Soekarman, mendapat kenaikan gelar Adipati. Residen Semarang Adolph Maxmiliaan Pino menyerahkan anugerah itu dalam sebuah upacara di Grobogan pada 4 Desember 1939, lalu apa kata Residen Pino?
Soekarman dilantik sebagai bupati Grobogan pada Juli 1933, menggantikan Soenarto yang merupakan kakak sepupu Soekarman. Pers Belanda memuji keberhasilan Soekarman memimpin Grobogan, hingga hanya pada masa kepemimpinannya Gubernur Jenderal Hindia Belanda berkunjung ke Grobogan.
Menjadi bupati Grobogan hingga 1944, lalu menjadi bupati Semarang, ia tercatat pernah menjadi polisi yang mengejar Tan Malaka hingga ke Bangkok. Namun, akhir hidupnya tragis setelah para pemuda menculiknya setelah Indonesia merdeka.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Pada September 1929, pemerintah kolonial mengirim Soekarman ke Singapura dan Bangkok. Saat itu Soekarman masih menjadi kepala reserse polisi di Semarang.
Kenapa polisi Semarang harus memburu Tan Malaka? Pada 1926-1927, terjadi pemberontakan PKI di Semarang. Tan Malaka dianggap sebagai agitator sehingga terjadi pemberontakan itu.
Di Bangkok, Soekarman berhasil menangkap Soebakat atas bantuan polisi Bangkok. Soebakat adalah sekretaris Partai Republik Indonesia (Pari) di Bangkok. Tan Malaka adalah pendiri Pari, tapi sedang tidak bersama Soebakat ketika Soebakat ditangkap.
Orang-orang komunis yang terlibat pemberontakan itu dibuang ke Boven Digoel. Namun Soebakat memilih bunuh diri di penara Glodok.
Pulang dari Bangkok, Soekarman diangkat menadi wedana Semarang. Dari Semarang, kemudian dia daingkat menjadi bupati Grobogan.
Grobogan terkenal sebagai kabupaten yang miskin. Sepak terjang Soekarman selama menjadi bupati mendapat pujian, sehingga seorang Gubernur Jenderal untuk pertama kalinya sepanjang sejarah penjajahan Belanda berkunjung ke Grobogan.
Gubernur Jenderal Tjarda berniat berkunjung ke Semarang pada 1939. Ia sudah berada di Semarang, tapi banjir melanda Grobogan, sehingga saat itu ia membatalkan kunjungannya ke Grobogan.
Jadwal kunjungan baru terealisasi pada 1941. Kunjungan utama Tjarda ke Grobogan adalah meninjau Bledug Kuwu, tempat pembuatan garam di Grobogan.
Tampaknya, di luar wilayah keraton, hanya Soekarman yang mendapat gelar paling tinggi sebagai bupati: Adipati. Sertifikat Adipati diberikan oleh Residen Pino pada 4 Desember 1939 dalam prosesi acara yang megah.
Sekitar pukul 10.00, rombongan adipati dan kepala desa berkuda, dikomandoi oleh Wedana Wirosari. Mereka berangkat untuk menyambut Residen Semarang di rumah Asisten Residen Grobogan.
Menuju ke pendodo kabupaten, iringan bunyi gong bergema. Residen dan istri beserta Asisten Residen dan istri naik kereta kuda Pasukan beruka mengiringi mereka.
Penghormatan diberikan setobanya mereka di pendopo kabupaten. Lagu Wilhelmus dinyanyikan. Apa kata Residen Pino dalam pidatonya?

5 hours ago
4
















































