Petani memanen padi di sawah yang berada di Dusun Jalakan, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Pandak, Selasa (16/4/2024). - Harian Jogja/Arief Junianto
Harianjogja.com, SLEMAN—Petani Milenial Sleman mengincar penyerapan produksi melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini dinilai berpotensi menjadi pasar baru, meski masih ada tantangan dalam persaingan harga.
Ketua Petani Milenial Sleman, Taufiq Mawaddani, menjelaskan program MBG berpotensi menjadi pasar yang menjanjikan. “Pasti [menjadi potensi pasar] karena SPPG [Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi] pasti butuh masak setiap hari dengan jumlah besar,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Beberapa petani milenial sudah menyalurkan produknya ke SPPG, meski jumlahnya belum signifikan. Saat ini, mereka sedang melakukan pendekatan untuk meningkatkan penyerapan.
“Kita sedang berkomunikasi dengan SPPG. Selama ini ada yang diserap, tapi belum signifikan. Sekarang kami sedang negosiasi dengan beberapa SPPG di DIY untuk penyediaan bahan pangan, meski belum ada kesepakatan secara verbal,” katanya.
Pasar baru ini tidak lepas dari tantangan. Petani milenial harus bersaing dengan daerah lain yang menawarkan harga lebih murah, seperti Magelang.
“Misalnya, SPPG punya pasokan dari Magelang. Bisakah kita bersaing harganya? Operasional di Magelang lebih murah daripada Sleman. Itu yang akan berpengaruh. Apalagi anggaran MBG terbatas, sehingga dapur harus mencari yang lebih murah,” paparnya.
Petani Milenial Sleman saat ini memiliki sekitar 1.200 anggota dengan batas usia maksimal 39 tahun. Keanggotaan bersifat dinamis.
“Setiap bulan selalu ada penambahan anggota baru. Kami juga rutin memberikan pelatihan, misalnya pembuatan pupuk,” ujarnya.
Komoditas yang diproduksi sangat beragam, mulai dari padi, hortikultura, cabai, telur, hingga susu. “Yang paling banyak masih hortikultura, sayur-sayuran, dan cabai,” kata Taufiq.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































