PGE Dukung Ambisi Indonesia Jadi Produsen Panas Bumi Terbesar di Dunia

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) memasuki babak baru dalam upaya melakukan transformasi bisnis. Berkat pelaksanaan program G-Bionic, PGE mulai merasakan hasil nyata dari penerapan sistem digital terintegrasi di seluruh lini operasi panas bumi.

Langkah transformasi ini menjadi wujud komitmen PGE dalam mempercepat efisiensi, meningkatkan produktivitas, serta memperkuat fondasi menuju swasembada energi nasional berbasis sumber daya bersih sekaligus ambisi nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen panas bumi terbesar di dunia. Hal ini turut ditegaskan perusahaan dalam ajang PGE Digital Day 2025 bertajuk "Accelerating 3GW Through Digital Transformation" yang digelar di Jakarta, pada 27 Oktober 2025 lalu.

"G-Bionic sekarang sedang memasuki tahap penting untuk penerapan nyata. Beberapa inisiatif sudah dijalankan dan sebagian sistemnya sudah mulai diterapkan," kata Direktur Operasi Pertamina Geothermal Energy, Ahmad Yani dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (25/11/2025).

Sebagaimana diketahui, G-Bionic merupakan program transformasi digital PGE yang mengembangkan budaya kerja berbasis data untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan efisiensi operasional. Sejak 2023, G-Bionic mengembangkan datanya melalui tahap assessment menyeluruh terhadap people, process, dan technology di seluruh fungsi PGE.

"Langkah ini dilakukan untuk memahami posisi digital saat ini, mengidentifikasi celah, serta menentukan arah transformasi yang sejalan dengan visi Perseroan," jelas Ahmad Yani.

Lebih lanjut, Yani menyatakan, program G-Bionic sekarang telah memasuki fase implementasi nyata, di mana sejumlah sistem utama sudah mulai menunjukkan hasil pada efisiensi operasi, transparansi data keuangan, hingga pelaporan keberlanjutan (ESG).

Perlu digarisbawahi bahwa G-Bionic berperan penting dalam mewujudkan efisiensi kerja serta mendukung pencapaian target kapasitas terpasang 1,8 gigawatt (GW) oleh PGE pada 2033 serta mengembangkan potensi panas bumi hingga 3 GW.

"Dengan dukungan teknologi dan data yang terus berkembang, G-Bionic akan membuka potensi baru, memperluas manfaat, dan memastikan nilai transformasi ini berkelanjutan bagi masa depan PGE," terang dia.

Sementara itu, Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy, Edwil Suzandi turut mengungkapkan bahwa G-Bionic telah berperan besar dalam meningkatkan akurasi data dan pemodelan pada tahap eksplorasi dan pengembangan lapangan.

Melalui digitalisasi proses eksplorasi, saat ini PGE telah mampu mempercepat pengambilan keputusan investasi dan menekan ketidakpastian proyek. Jika sebelumnya proses ini membutuhkan waktu panjang, kini dengan dukungan sistem G-Bionic dan integrasi data subsurface, seluruh tahapan analisis dapat dilakukan oleh PGE secara lebih cepat, akurat, dan efisien.

"Inilah bukti nyata bagaimana transformasi digital tidak hanya memodernisasi cara kerja, tetapi juga langsung berdampak pada produktivitas dan kinerja operasional kami," imbuh Edwil.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Yurizki Rio menyatakan pandangan serupa. Pada dasarnya, inovasi digital memungkinkan PGE mengoptimalkan pengelolaan panas bumi di beberapa aspek. Pertama adalah Operational Excellence yakni berupa inovasi digital yang memungkinkan PGE meningkatkan efisiensi di seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), sekaligus melakukan pemantauan real-time terhadap kondisi di lapangan.

Kedua, Financial Visibility yang memastikan semua keputusan berbasis data, akurat, strategis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, Pelaporan ESG yang mana sebagai perusahaan energi hijau, keberlanjutan menjadi pilar utama kinerja PGE. Inovasi digital pun memungkinkan penyusunan pelaporan ESG yang lebih efektif sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.

Yurizki melanjutkan, PGE berupaya memastikan bahwa seluruh inovasi digital yang dilakukan selalu selaras dengan seluruh Pertamina Group. Sejauh ini, PGE terus berkoordinasi erat dengan Pertamina Digital Hub dan Enterprise IT untuk tidak hanya membahas arsitektur sistem, tetapi juga menentukan prioritas proyek yang akan dikembangkan.

"Hasilnya sudah terbukti, mulai dari real-time monitoring, peningkatan efisiensi pekerjaan, hingga kemudahan dalam menilai kelayakan finansial, sehingga seluruh proses menjadi jauh lebih efektif," jelas Yurizki.

Sejatinya, inovasi ini dimulai dengan tujuan yang sama, yaitu penciptaan nilai. Hal ini tidak hanya bersifat finansial, melainkan juga mencakup aspek non-finansial, baik yang bersifat nyata maupun tidak berwujud.

Pada akhirnya, upaya ini berkaitan dengan transformasi yang berkelanjutan, khususnya kemampuan untuk mengubah proses bisnis melalui digitalisasi sehingga bisnis dapat berjalan lebih efisien dan adaptif.

Saat ini, G-Bionic menjalankan 52 inisiatif digital yang mencakup seluruh rantai operasi, mulai dari subsurface, drilling, surface, hingga enterprise. Ke depan, sistem ini akan mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi terintegrasi, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) guna meningkatkan produktivitas operasional sekaligus mendorong agenda swasembada energi.

(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|