Proyek ALCBT Dorong Transisi Rendah Karbon di Sektor Bangunan Indonesia

2 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sektor bangunan menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi di Indonesia dengan kontribusi 33 persen gas rumah kaca, terutama dari penggunaan pendingin. Untuk menekan angka tersebut, ASEAN Centre for Energy (ACE), Global Green Growth Institute (GGGI), dan HEAT International melalui Proyek Asia Low-Carbon Buildings Transition (ALCBT), bekerja sama dengan ASHRAE Indonesia Chapter dan didukung International Climate Initiative (IKI), mendorong percepatan efisiensi energi di sektor bangunan.

Komitmen ini ditegaskan dalam dialog pada forum Refrigeration & HVAC Indonesia Expo 2025 di Jakarta International Expo, 24–26 September, yang menghadirkan 300 pemangku kepentingan. Dialog yang digelar Kementerian PUPR bersama Kementerian ESDM ini dihadiri peserta mulai dari pemerintah, pemilik bangunan, lembaga pembiayaan, hingga produsen pendingin udara (HVAC).

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan dukungan terhadap target efisiensi energi di bangunan yang dikelola pemerintah maupun swasta. “Sektor bangunan merupakan salah satu kontributor terbesar emisi di Indonesia. Untuk mempercepat upaya pengurangan emisi, pemerintah mendorong keterlibatan pemangku kepentingan melalui program peningkatan kapasitas serta mendukung pemerintah daerah dalam penerapan dan sertifikasi bangunan hijau,” ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti dalam siaran pers yang diterima pada Sabtu (27/9/2025).

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menekankan efisiensi energi sebagai strategi hemat biaya dalam mendukung target Net Zero Emission Indonesia. “Efisiensi energi dapat berkontribusi menurunkan hingga 37 persen emisi nasional, sekaligus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat melalui penghematan tagihan listrik dan penggunaan teknologi yang lebih cerdas,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya green public procurement (GPP) dalam mendorong penggunaan AC hemat energi. “Dengan memasukkan kriteria efisiensi dalam kebijakan pengadaan, dan memastikan produk hemat energi tersedia di e-katalog nasional, kita tidak hanya mengirim sinyal kuat ke pasar, tetapi juga membantu masyarakat memperoleh akses yang lebih mudah terhadap teknologi hijau,” tambahnya.

Dalam forum ini, ACE memperkenalkan Pedoman Pengadaan Hijau untuk AC hemat energi sebagai bagian dari strategi memperkuat permintaan pasar. Direktur Eksekutif ACE, Dato’ Ir. Ts. Razib Dawood.“Pengadaan hijah adalah inisiatif yang efektif untuk mendorong transisi rendah karbon di Asia Tenggara. Pemerintah dapat memberi teladan melalui keputusan pengadaan barang dan jasa, terutama untuk pendingin udara yang menyumbang porsi terbesar konsumsi energi bangunan," katanya.

Sementara itu, GGGI menekankan pentingnya merumuskan rekomendasi kebijakan pendukung. “Mulai dari menilai teknologi pendinginan terbaik yang tersedia hingga mengidentifikasi kebijakan pendukung, upaya ini ditujukan untuk memperkuat efisiensi energi di sektor bangunan,” kata Rowan Fraser, Perwakilan GGGI untuk Indonesia.

Selain itu, konsorsium memperkenalkan Building Emissions Assessment Tool (BEAT)dan pelatihan refrigeran alami oleh HEAT International. Program ini diharapkan meningkatkan kapasitas teknis pemangku kepentingan dalam mengukur, mengelola, dan menurunkan emisi sepanjang siklus hidup bangunan.

ACE bersama konsorsium ALCBT menegaskan mendukung Indonesia dan ASEAN dalam transisi menuju lingkungan binaan berkelanjutan, sekaligus mempercepat pencapaian target iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|