Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia akhirnya kembali melanjutkan pembangunan proyek pipa transmisi gas bumi "raksasa" di Tanah Air pada 2024. Tak tanggung-tanggung, proyek pipa gas bumi "raksasa" yang baru mulai dibangun ini diperkirakan memakan investasi hingga Rp 2,78 triliun.
Proyek pipa transmisi gas bumi yang dimaksud ini yaitu Pipa Transmisi Gas Bumi Cirebon-Semarang Tahap II (Cisem 2).
Proyek ini merupakan kelanjutan dari Cisem Tahap I senilai Rp 1,17 triliun yang sudah selesai dibangun dan beroperasi pada 2023. Adapun Pipa Cisem Tahap I mencakup ruas Semarang-Batang.
Sementara proyek Pipa Cisem Tahap II ini dibangun sepanjang 245 km, mencakup ruas Batang, Jawa Tengah - Cirebon - Kandang Haur Timur, Jawa Barat.
Prosesi dimulainya pembangunan proyek Pipa Cisem Tahap II ini ditandai dengan prosesi Pengelasan Perdana (First Welding) yang turut disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Senin (30/09/2024).
Bahlil membeberkan bahwa pipa yang digunakan untuk proyek yang tergolong dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut sepenuhnya diproduksi dalam negeri dengan nilai investasi mencapai Rp 2,7 triliun.
"(Pipa Cisem) fase kedua sebesar 200 km lebih. Alhamdulillah, saya tanya perusahaan yang mengerjakan semua pipanya dalam negeri ya. Jangan pakai luar negeri. Kita berikan applause ke perusahaan sekarang pipanya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) 100%," ujar Bahlil dalam acara First Welding Jaringan Pipa Gas Transmisi Cisem Tahap II, di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024).
Bahlil menegaskan proyek konstruksi Pipa Cisem Tahap II ini sepenuhnya dilakukan oleh pihak swasta yakni yang sebelumnya telah dilakukan lelang dan dimenangkan oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT Timas Suplindo dan PT Pratiwi Putri Sulung. Bahlil menilai hal itu bisa menumbuhkan sisi kompetitif antara pihak swasta dan Badan Usaha Dalam Negeri (BUMN).
"Sekarang saya menganut mazhab kompetisi. BUMN penting diberikan proteksi tapi kita perlu akselerasi percepatan. Jangan karena kita berpihak ke BUMN terus, lambat, itu susah untuk membuat akselerasi sesuai tujuan negara. Jadi kita bikin aja fair. Siapa yang lebih murah, siapa lebih cepat, kualitas sama. Supaya ada kolaborasi pemerintah, BUMN, swasta. Inilah esensi gimana kita jadi negara yang siap untuk berkompetisi," tambahnya.
Adapun, Bahlil menyebut, bila konstruksi proyek Pipa Cisem Tahap II ini tuntas, maka proyek pipa gas transmisi Cisem II ini nantinya bisa dikelola oleh PT PGN Tbk (PGAS). Namun hal tersebut dengan catatan PGN bisa memberikan toll fee yang murah.
"Pak Dirut kalau boleh jangan mahal-mahal harganya ya. Karena ini sudah investasi dari negara. Jadi Pak Dirjen ga ada alasan lagi tol fee mahal-mahal. Bila perlu penyusunan toll fee saya ikut membahas," imbuhnya.
Sumber Gas Bumi
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, proyek pembangunan pipa transmisi gas bumi yang dikelola dalam Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) ini merupakan langkah strategis pemerintah untuk menghubungkan jaringan pipa transmisi Sumatera, Jawa Bagian Barat, dan Jawa Bagian Timur.
Sumber gas proyek Cisem II berasal dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) dan Long Term Plan (LTP) yang berasal dari potensi seluruh WK yang ada di wilayah Jawa Timur (WK Agung dan WK Bulu).
Sedangkan penerima manfaat dari pembangunan proyek Cisem II adalah Kilang Balongan, berbagai industri di wilayah Jawa Barat, jargas rumah tangga, serta tambahan kebutuhan dari Pupuk Kujang.
Gunakan Anggaran Negara
Proyek pembangunan pipa sebesar Rp 2,7 triliun tersebut menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun jamak (multi years) 2024-2026. Proyek ini dibangun sepanjang 245 KM ruas Batang-Cirebon-Kandang Haur Timur dengan target konstruksi selama 18 bulan sejak 30 September 2024.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengungkapkan, sejatinya pemerintah memiliki aset jaringan pipa gas tersebut dengan kerja sama badan usaha untuk bisa menjadi pelaksana proyek dan operatornya.
"Cisem ini dibangun, dikerjasamakan untuk dioperasikan oleh badan usaha. Artinya apa? Artinya aset itu masih milik negara. Badan usahanya diminta untuk mengoperasikan," jelas Laode kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Kamis (3/10/2024).
Dia menjelaskan, dengan menggunakan dana APBN, maka diharapkan biaya angkut atau toll fee penyaluran gas ini bisa ditekan dan harga ke konsumen menjadi lebih terjangkau.
"Tujuannya untuk menekan toll fee yang akan berlaku pada pipa ini. Karena kalau toll fee itu pakai basis penganggaran badan usaha tentu nilainya akan tinggi. Sehingga aset ini masih milik negara. Toll fee-nya kita bisa tekan agar nanti harga yang sampai ke konsumen itu masih memadai dan masih menarik untuk investasi masuk di kawasan-kawasan industri," jelasnya.
Potensi Konsumen Gas
Laode menyebutkan, potensi serapan gas dari Pipa Cisem Tahap II diprediksi akan mencapai 50 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) di wilayah Balongan, dan sebanyak 50 MMSCFD di wilayah Cilacap. Ditambah, ada juga potensi serapan gas dari berbagai industri di Batang.
"Nah setelah Cisem 2 jadi, di Balongan ada potensi sampai 50 (MMSCFD). Kemudian juga di Selatan, di Cilacap juga ada 50 (MMSCFD). Lalu jangan lupa industri pupuk juga nanti akan menggunakan jadi ini salah satu offtaker-nya. Di kawasan industri terpadu batang itu ada KCC Glass, industri keramik dan industri-industri lainnya," bebernya.
Dengan begitu, dia mengatakan sejatinya sudah banyak industri yang menunggu pembangunan Pipa Cisem Tahap 2 ini selesai dan bisa mulai beroperasi.
"Jadi sebenarnya industri-industri ini banyak yang sedang menunggu ini kapan Pipa Cisem 2 ini selesai dan nanti akan dimanfaatkan untuk menggunakan gasnya nanti yang melewati pipa tersebut," tandasnya.
Integrasi Pipa Gas Sumatera-Jawa
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Percepatan Infrastruktur Migas Anggawira mengatakan pada tahun 2025 mendatang pemerintah akan mulai membangun jaringan infrastruktur Pipa Transmisi Gas Dumai-Sei Mangkei (Dusem) yang terintegrasi di wilayah Sumatera.
Dengan begitu, dia mengatakan pada 2028 mendatang, Indonesia diharapkan sudah memiliki jaringan pipa transmisi gas, mulai dari Sumatera hingga Jawa Timur.
"Jadi kita harapkan di 2028 itu sudah terkoneksi ya antara Jawa Timur hingga Sumatera. Jadi resource-resource gas yang ada ini bisa saling menopang," katanya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Kamis (5/12/2024).
Adapun Anggawira mengatakan bahwa proyek jaringan pipa transmisi gas yang akan menyambung dari Sumatera-Jawa Timur sepenuhnya menggunakan anggaran negara yakni dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ke depannya, kata Anggawira, pemerintah akan menggandeng pihak swasta untuk turut terlibat dalam mengelola pipa tersebut.
"Tinggal tentunya ketika ini sudah dibuat oleh pemerintah, ini kan APBN semua nih, tentunya kita berharap hilirisasinya itu bisa dari pihak swasta ikut kolaborasi lah. Ikut terlibat," jelasnya.
Dia pun berharap sektor perbankan dalam negeri juga bisa turut berkolaborasi dalam memberikan pembiayaan pengelolaan jangka panjang.
"Karena memang bisnis seperti ini kan nggak bisa 1-2 tahun ya. Paling tidak ini kan antar 5 sampai 10 tahun," tambahnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kisah Sukses Pertagas Sepanjang 2024, Bikin Laba Tumbuh 8%
Next Article Gak Cuma Pipa Gas Cisem, RI Bakal Sambung Pipa Gas Sumatera-Jawa