Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diperhitungkan bisa menjadi juara dunia dalam hal penerapan bahan bakar berbasis tumbuhan atau Bahan Bakar Nabati (BBN). Pasalnya, konsumsi BBN berbahan baku minyak kelapa sawit atau dikenal dengan istilah biodiesel di Tanah Air diperkirakan mencapai 13,1 juta kilo liter (kl) pada tahun ini.
SVP Research & Technology Innovation Pertamina Oki Muraza mengungkapkan, posisi ini akan semakin menguat dengan adanya inovasi baru yang dikerjakan PT Pertamina (Persero), yakni memproduksi bahan bakar pesawat atau avtur yang lebih ramah lingkungan atau bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/ SAF).
"Kita saat ini memiliki potensi sebagai juara dunia untuk biofuels dengan 13,1 juta kilo liter dari biodiesel. Dan dengan posisi kita nanti sebagai hub dari Sustainable Aviation Fuel akan memperkuat image Indonesia di pentas internasional," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam Program Energy Corner, Selasa (24/12/2024).
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menyebut, realisasi penyerapan biodiesel di Tanah Air hingga awal Desember 2024 ini mencapai 12,07 juta kl.
Jumlah penyerapan tersebut setara dengan 90% dari kuota biodiesel yang ditetapkan sebesar 13,4 juta kl pada 2024 ini.
"Pemanfaatan energi baru terbarukan non listrik berupa biodiesel ini tim bioenergi sudah luar biasa mengawal capaian kita pada minggu ini adalah sebesar 12,07 juta kl atau sebesar 90%," jelasnya dalam acara Apresiasi Kinerja Stakeholder EBTKE, di Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, dikutip Rabu (18/12/2024).
Seperti diketahui, pemerintah menerapkan secara luas mandatori campuran biodiesel 35% atau B35 sejak Agustus 2023 lalu. Pada 2023, realisasi penyerapan B35 tercatat mencapai 12,2 juta kl.
Mulai Januari 2025 mendatang, pemerintah berencana untuk mulai menerapkan pencampuran biodiesel 40% atau B40. Eniya menyebut, dengan peningkatan pencampuran persentase biodiesel menjadi B40, maka kuota biodiesel di 2025 ditargetkan naik menjadi 15,62 juta kl.
Inovasi Baru Pertamina
Selain mendorong biodiesel, Pertamina selaku badan usaha penyedia BBM juga terus berinovasi menciptakan bahan bakar ramah lingkungan. Oki menyebut, perseroan kini berinovasi memproduksi avtur dengan bahan ramah lingkungan atau bioavtur.
Inovasi bioavtur yang dimaksud tersebut yaitu dengan memanfaatkan minyak goreng bekas atau minyak jelantah (Used Cooking Oil/ UCO) untuk diolah menjadi bahan bakar penerbangan.
Adapun, hal itu juga dinilai sejalan dengan visi Indonesia saat ini untuk mencapai kemandirian energi melalui swasembada energi di Tanah Air. Oki menilai, potensi pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia bisa menciptakan sentra ekonomi baru.
"Jika kita melihat program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah, Indonesia saat ini sedang berusaha untuk mengejar swasembada energi. Dan kemudian dari situ kita melihat minyak goreng bekas atau minyak jelantah ini adalah salah satu bahan baku yang tersedia cukup besar di Indonesia. Dan harapannya dengan mengolah minyak goreng bekas atau minyak jelantah ini, kita bisa menciptakan sentra ekonomi baru," kata Oki.
Bukan tanpa alasan, Oki mengungkapkan bahwa potensi minyak jelantah di Indonesia memiliki jumlah yang besar. Dia mengatakan pihaknya turut mengajak masyarakat luas untuk mendistribusikan minyak goreng bekas pakainya untuk bisa diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan yang potensial di kancah global.
"Jadi, akan ada masyarakat yang akan berpartisipasi di sirkular ekonominya, pengumpulan, limbah, dan seterusnya. Ini akan membuka lapangan pekerjaan. Kemudian dari segi sustainability, ini akan memberikan green reputation untuk Indonesia di mata dunia," tambahnya.
Pemanfaatan minyak jelantah yang disebutkan Oki, dinilai sebagai proses hilirisasi khususnya di sektor bahan bakar. Oky mengatakan, sama halnya dengan terus digembar-gemborkannya program hilirisasi mineral di Indonesia, minyak jelantah juga merupakan salah satu upaya hilirisasi bagi pihaknya untuk bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar ramah lingkungan di Tanah Air.
"Kita melihat minyak jelantah ini adalah bahan baku yang tersedia dalam jumlah yang cukup besar. Yang saat ini seperti semangat hilirisasi di mineral dan lainnya, kita ingin kita olah di Indonesia dan akan menciptakan lapangan pekerjaan di sektor produksi, kemudian di sektor distribusi, dan juga retailnya nanti," tandasnya.
Asal tahu saja, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga meluncurkan program Green Movement UCO yaitu program pengumpulan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah di sejumlah SPBU dan rumah sakit IHC Pertamina di Jabodetabek dan Bandung pada Sabtu (21/12/2024).
Bertempat di Istora Senayan Jakarta, peluncuran program yang dilaksanakan dalam rangkaian acara MyPertamina Fair Show 2024 ini dibuka oleh Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Program inovatif ini untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan mendukung upaya pengurangan emisi karbon.
"Kami mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendaur ulang minyak jelantah, yang biasa dikenal dengan UCO, agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biofuel," kata Riva, dikutip Sabtu (21/12/2024).
Dengan menggandeng UCOllect, yang merupakan perusahaan green technology yang berfokus dalam pengelolaan minyak jelantah dan memanfaatkan superapps MyPertamina, Pertamina akan membeli minyak jelantah yang dikumpulkan di UCOllect Box yang tersebar di beberapa SPBU, mitra CSR, dan RS IHC Pertamina di Jabodetabek dan Bandung.
Program Green Movement UCO ini merupakan program pilot project yang akan berlangsung selama setahun kedepan dengan evaluasi berkelanjutan untuk ekspansi ke lokasi lainnya di Indonesia.
Pengunjung yang menyetorkan UCO (minyak jelantah) akan memperoleh rewards berupa saldo e-wallet sebesar mulai dari Rp6.000/liter dan berkesempatan mendapat tambahan e-voucher MyPertamina Rp25.000 untuk 50 peserta beruntung setiap bulan. Khusus pada event MyPertamina Fair Show 2024 berlangsung (21-22 Desember), pengunjung yang menyetorkan UCO di booth UCollect Box akan memperoleh tambahan poin MyPertamina sebanyak 5 poin/liter.
Lebih Lanjut Riva menjelaskan bahwa program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mempermudah masyarakat dalam mendaur ulang UCO, sekaligus berkontribusi pada upaya global untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
"Pertamina Patra Niaga sendiri telah menggunakan UCO menjadi bauran bahan baku sustainable pada produk avtur untuk menjadi produk Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dapat membantu industri penerbangan mengurangi emisi hingga 84% dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional," ungkap Riva.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jeju Air Kembali Alami Masalah Teknis Sehari Setelah Kecelakan
Next Article BBM Baru Rendah Sulfur Meluncur di RI September, Ini Bocorannya