Ratu Maxima Belanda Kunjungi Kampung Batik Laweyan Solo

1 hour ago 1

Ratu Maxima Belanda Kunjungi Kampung Batik Laweyan Solo Ratu Mxima (baju kuning) dari Kerajaan Belanda menjajal membatik ketika berkunjung di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Selasa (25/11/2025). (Solopos - Dhima Wahyu Sejati)

Harianjogja.com, SOLO—Ratu Máxima dari Kerajaan Belanda mengunjungi Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, dalam rangkaian lawatan resminya ke Indonesia, Selasa (25/11/2025). Tidak sekadar berdialog, Ratu Máxima juga mencoba praktik membatik menggunakan canting tulis saat meninjau langsung aktivitas perajin di sentra batik legendaris tersebut.

Pantauan Espos di lokasi, Ratu Máxima tiba di kawasan Laweyan sekitar pukul 16.00 WIB. Setelah turun dari mobil, ia berjalan kaki menyusuri gang-gang sempit khas perkampungan batik bersama rombongan. Kehadiran Ratu Belanda itu disambut Wali Kota Solo, Respati Ardi, serta para pedagang dan pengusaha batik setempat.

Sesampainya di salah satu rumah produksi, Máxima langsung menjajal membatik di atas kain putih. Dengan saksama, ia menggoreskan lilin malam menggunakan canting mengikuti pola motif yang telah disiapkan. Seusai membatik, ia duduk bersama para perempuan pelaku usaha—mulai dari pembatik, pedagang batik, hingga penjual jamu.

Diskusi berlangsung hampir satu jam dalam kapasitasnya sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Finansial (UNSGSA). Fokus utama perbincangan adalah pengelolaan keuangan usaha mikro.

Dalam sesi tersebut, Ratu Máxima berdialog intens dengan salah satu produsen batik Laweyan, Eny Zaqiyah, 52. Percakapan keduanya banyak membahas arus kas usaha dan tantangan musiman yang kerap memengaruhi bisnis batik.

Eny menjelaskan bahwa penjualan batiknya meningkat dalam beberapa waktu terakhir karena aktif mengikuti pameran. Namun ia mengaku tetap menghadapi periode sepi penjualan, terutama saat Ramadan dan musim haji.
“Ya antara senang, grogi, wes semua dirasakan,” ujar Eny menggambarkan perasaannya setelah berbicara langsung dengan Ratu Máxima.

Peningkatan Produksi dari Modal Mikro

Dalam dialog itu, Ratu Máxima menanyakan bagaimana Eny bergabung dengan layanan keuangan Amartha serta dampaknya bagi bisnisnya. Eny mengatakan dirinya sempat membandingkan berbagai tawaran pinjaman.

“Kami sebenarnya sering ditawari pinjaman kelompok ibu-ibu. Tapi kalau ditawari cuma sedikit, antara Rp1 juta atau Rp2 juta, itu hanya habis di jalan untuk konsumsi, tidak jadi modal kerja,” terangnya.

Ia menjelaskan, modal Rp5 juta tanpa jaminan yang ia terima dari layanan keuangan tersebut sangat membantu meningkatkan stok produksi batiknya yang sebelumnya terbatas. Ia juga menyoroti kemudahan sistem digital yang dinilai lebih transparan.

“Sistemnya pakai aplikasi, jadi enak, tidak mungkin dibohongi. Bayar langsung transfer, slipnya langsung kelihatan,” ujarnya.

Berkat tambahan modal dan pendampingan usaha, Eny kini mampu mengikuti berbagai pameran, termasuk dua kali di Jakarta dan satu kali di Bali. Menurutnya, Ratu Máxima memberikan pesan agar ia terus memajukan usaha dengan memanfaatkan fasilitas keuangan yang ada.

“Beliau mengharapkan pekerjaan kami lebih maju lagi dengan fasilitas yang ada. Alhamdulillah dikunjungi, semoga kita tambah terkenal dan tambah maju,” kata Eny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|