Karyawan menunjukkan uang dollar dan rupiah di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.865 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025) usai libur Lebaran. Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025. Sejumlah mata uang Asia turut melemah. Yuan China melemah 0,17%, rupee India melemah 0,71%, dolar Hong Kong melemah 0,04% dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada perdagangan Senin (22/12/2025), terimbas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan melambat pada tahun depan.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 27 poin atau 0,16 persen ke level Rp 16.776,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (22/12/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.750 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi menilai terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pelemahan rupiah pada hari tersebut. Dari sisi internal, ia menyebut perekonomian Indonesia ke depan masih menghadapi tantangan besar, baik dari faktor global maupun domestik. Harapan pertumbuhan ekonomi tetap ada, meskipun dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan.
“Berbagai lembaga internasional, termasuk IMF, memproyeksikan kondisi ekonomi global 2026 tidak lebih baik dibandingkan 2025. Perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, meningkatnya ketidakpastian perdagangan internasional, serta dinamika geopolitik global perlu diantisipasi secara serius,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).
Dari sisi domestik, ia menyoroti melemahnya daya beli kelas menengah, risiko inflasi pangan, serta penurunan investasi asing di luar sektor hilirisasi. Ibrahim juga mengingatkan dampak signifikan bencana alam di Sumatera terhadap perekonomian nasional.
“Misalnya, faktor bencana di Sumatera cukup signifikan memengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi. Kalau kita lihat pengalaman tsunami Aceh 2004, kontraksi ekonominya berlangsung hingga 2009. Apalagi jika bencananya terjadi di tiga provinsi, hal ini perlu ditangani lebih serius,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan berada di kisaran 4,9 hingga 5,1 persen. Untuk mencapai pertumbuhan di atas 5 persen, diperlukan penguatan sektor manufaktur dan jasa, peningkatan efektivitas stimulus, serta perbaikan tata kelola fiskal.

2 hours ago
1
















































