Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia memberi respons terhadap serangan Ukraina yang menggunakan rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS), Army Tactical Missile System (ATACMS), yang makin meningkatkan ancaman terjadinya perang dunia ke-3 (PD 3). Rusia bahkan memberi isyarat AS dan sekutu, bahwa mereka siap untuk melakukan konfrontasi nuklir.
Menteri Luar Negeri, Sergey Lavrov menyebut Barat memang ingin meningkatkan konflik. Ini ditegaskannya di sela-sela konferensi pers KTT G20 di Brasil, Selasa.
"Fakta bahwa ATACMS digunakan berulang kali malam ini di wilayah Bryansk (Rusia), tentu saja, merupakan sinyal bahwa mereka (di Barat) yang menginginkan peningkatan (perang)," kata Lavrov menurut laporan Tass, dikutip CNBC International Rabu (20/11/2024).
"Dan tanpa Amerika, mustahil untuk menggunakan rudal berteknologi tinggi ini," tambahnya.
Moskow sebenarnya sudah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak membiarkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauhnya untuk menyerang Rusia secara langsung. Beberapa pejabat, termasuk Wakil Dewan Keamanan Rusia dan mantan Perdana Menteri negeri itu Dmitry Medvedev memberi ancama akan eskalasi dan perang dunia baru.
Namun keputusan akhirnya dimuat Presiden AS Joe Biden, Senin, yang memperbolehkan penggunaan senjata buatan Lockheed Martin Corporation tersebut, yang mampu mencapai target hingga 300 kilometer (km). Kebijakan yang diketok persis dua bulan sebelum Biden digantikan Donald Trump tersebut disetujui dengan dalih masuknya tentara Korea Utara (Korut) dalam perang Rusia-Ukraina guna membantu pasukan Kremlin.
Sementara itu kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah menandatangani dekrit untuk memperbarui doktrin nuklirnya. Ini langsung mengubah parameter, kapan Rusia bisa menggunakan senjata nuklir.
Dokumen yang diperbarui sekarang menyatakan bahwa setiap agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, akan dianggap sebagai serangan bersama. Doktrin tersebut juga menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi ancaman kritis terhadap kedaulatan dan integritas teritorialnya (dan sekutunya, Belarus), dan bahwa peluncuran rudal balistik terhadap Rusia akan terlihat di antara kondisi yang dapat menjamin respons menggunakan senjata nuklir.
"Anda dapat membaca paragraf tersebut sendiri, tetapi secara umum juga disebutkan bahwa Federasi Rusia berhak menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi dengan menggunakan senjata konvensional terhadapnya atau Republik Belarus, yang menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan atau integritas teritorial," kata Sekretaris pers Rusia, Dmitry Peskov, ditanya Selasa tentang apakah Rusia akan mempertimbangkan penggunaan rudal non-nuklir Amerika oleh militer Ukraina sebagai serangan oleh negara non-nuklir dengan dukungan negara nuklir.
"Agresi terhadap Federasi Rusia oleh negara non-nuklir mana pun dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dianggap sebagai serangan gabungan," tambahnya.
Perang Rusia dan Ukraina sendiri telah mencapai 1.000 hari, sejak pertama kali pecah di 24 Februari 2022. Rusia juga telah mengintensifkan serangan terhadap kota-kota Ukraina dalam beberapa hari terakhir, dengan serangan terhadap pusat kota dan bangunan tempat tinggal yang telah menewaskan puluhan warga sipil.
Mengutip AFP, laporan terbaru menyebutkan bagaimana pasukan Ukraina terus kehilangan kuasanya di wilayah Kursk Rusia, tempat mereka merebut wilayah tersebut pada bulan Agustus. Kyiv memperingatkan bahwa Rusia telah mengerahkan sekitar 50.000 tentara, termasuk pasukan Korut untuk merebut kembali wilayah tersebut.
Sementara itu, Jerman meminta bantuan China untuk menenangkan situasi. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa dugaan pengerahan tentara Korut oleh Rusia dalam perangnya melawan Ukraina berisiko memperburuk konflik.
Di sisi lain Kepala NATO Mark Rutte memperingatkan bahwa Putin tidak boleh dibiarkan menang. Ia, tegasnya akan menjadi ancaman serius.
"Mengapa ini begitu penting bahwa Putin tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya? Karena Anda akan memiliki Rusia yang berani di perbatasan kita ... dan saya benar-benar yakin itu tidak akan berhenti di situ," kata Rutte kepada wartawan di Brussels.
"Itu kemudian menimbulkan ancaman langsung bagi kita semua," tambahnya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rusia: AS Pertaruhkan PD 3 Karena Izinkan Ukraina Gunakan Rudal
Next Article Siaga! Perang Nuklir Sudah Dekat, Putin Beri Sinyal Baru Lagi