Saham Boeing Turun Tajam Usai Kecelakaan Jeju Air Korsel

3 months ago 37

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham prabrikan pesawat terbang Boeing melemah tajam awal pekan ini setelah kecelakaan fatal pesawat 737-800 di Bandara Muan, Korea Selatan. Pesawat yang dioperasikan oleh Jeju Air itu membawa 181 penumpang, dengan hanya dua orang yang selamat.

Melansir The New York Times, pada awal perdagangan pekan di Bursa New York, saham Boeing sempat turun tajam sebelum membaik dan ditutup melemah sekitar 2%. Sementara itu, saham Jeju Air di Bursa Seoul anjlok 8,7% pada hari Senin, mencatat rekor terendah sepanjang sejarah.

Kementerian Transportasi Korea Selatan mengumumkan inspeksi terhadap 101 pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai domestik, termasuk Jeju Air. Inspeksi ini mencakup pemeriksaan catatan perawatan sistem utama seperti mesin dan roda pendaratan, dan dijadwalkan selesai pada Jumat (3/1).

Joo Jong-wan, Wakil Menteri Transportasi Korea Selatan, menjelaskan bahwa inspeksi akan memastikan kelayakan pesawat dan fokus pada potensi masalah teknis. Langkah ini diambil untuk menjamin keselamatan penerbangan setelah kecelakaan yang menjadi salah satu insiden terburuk bagi Jeju Air.

Boeing menyatakan dalam keterangan resmi bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan Jeju Air dan siap memberikan bantuan. Namun, menurut Myles Walton, analis Wolfe Research, kecelakaan ini kemungkinan besar tidak disebabkan oleh masalah desain atau pengerjaan pesawat.

Insiden ini menambah tekanan bagi Boeing yang sudah menghadapi berbagai tantangan besar sepanjang tahun 2024. Nilai saham perusahaan telah turun lebih dari 30 persen sepanjang tahun, ditambah dengan meningkatnya utang dan gangguan rantai pasokan.

Pada Januari, kekhawatiran akan keselamatan pesawat Boeing kembali mencuat setelah panel pesawat 737 Max terlepas saat penerbangan Alaska Airlines. Insiden tersebut mendorong Federal Aviation Administration (FAA) meningkatkan pengawasan terhadap produksi pesawat 737 Max dan membatasi jumlah produksinya.

Tekanan hukum juga menghantui Boeing setelah perusahaan setuju untuk mengaku bersalah atas tuduhan menipu pemerintah AS terkait kecelakaan 737 Max pada Juli. Namun, pada bulan ini, pengadilan federal menolak perjanjian tersebut, memperpanjang proses hukum yang telah merugikan reputasi perusahaan.

Pada Agustus, Kelly Ortberg menggantikan Dave Calhoun sebagai CEO Boeing, menyusul pengumuman pengunduran diri Calhoun beberapa bulan sebelumnya. Langkah ini diikuti oleh aksi mogok 33.000 pekerja pada September, yang berlangsung selama dua bulan dan menjadi salah satu pemogokan terlama dalam sejarah perusahaan.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, Ortberg mengumumkan pemangkasan 17.000 pekerjaan, setara dengan 10 persen dari total tenaga kerja global Boeing. "Bisnis kami berada dalam posisi sulit, dan tantangan yang kita hadapi sangat besar," tulis Ortberg dalam memo internal pada Oktober.

Meski menghadapi berbagai tekanan, Boeing 737-800 tetap memiliki catatan keselamatan yang baik menurut para ahli penerbangan. Pesawat ini telah terbang selama lebih dari 25 tahun dan digunakan oleh hampir 200 maskapai di seluruh dunia. Berdasarkan data Cirium, pesawat ini mencakup sekitar satu dari tujuh pesawat penumpang yang saat ini beroperasi secara global.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Korsel Periksa Semua Boeing 737-800, Sahamnya Anjlok 8,65%

Next Article China Mau Gusur Boeing dan Airbus, Begini Taktiknya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|