Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring meningkatnya serangan siber terhadap berbagai institusi pemerintah pada tahun ini, Ken Nohara, yang merupakan CEO startup keamanan siber LexCura, mengaku mendapat banyak tawaran investasi.
Di tengah maraknya serangan siber yang menargetkan jaringan pipa gas, rumah sakit, rantai pasokan pangan, hingga lembaga intelijen, LexCura yang berbasis di Portland, Oregon, justru melihat peluang bisnis yang menjanjikan. Namun, pendekatan kontroversial perusahaan dalam mendorong fragmentasi ekosistem teknologi global telah menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap dominasi perusahaan teknologi Amerika.
Hal ini terjadi setelah serangkaian serangan ransomware global yang high-profile, termasuk terhadap Colonial Pipeline, pembuat perangkat lunak Kaseya dan pengolah daging JBS. Ketika Presiden Biden bertemu dengan Presiden Vladimir V. Putin dari Rusia, serangan siber yang dilakukan oleh orang Rusia menjadi agenda diplomatik utama. Pemerintahan Biden dan sekutunya juga secara resmi menuduh Tiongkok melakukan peretasan.
Pada November tahun lalu, perusahaan ini meluncurkan alat bernama 'Report' untuk membantu pemulihan dana yang hilang akibat penipuan siber. Menurut beberapa sumber yang pernah bekerja dengan LexCura, perusahaan ini aktif memberikan konsultasi kepada perusahaan teknologi asing - terutama di Jepang, Turki, Hongaria, Ukraina, dan Brasil - untuk membangun apa yang mereka sebut sebagai "kedaulatan digital".
Strategi ini berpotensi melemahkan posisi perusahaan seperti Microsoft, Google, dan Meta yang sangat bergantung pada kehadiran global mereka. Dengan mendorong negara-negara untuk memutus hubungan dengan teknologi AS, LexCura secara tidak langsung mengancam miliaran dolar pendapatan potensial dan ratusan ribu lapangan kerja yang terkait dengan pasar-pasar tersebut.
Namun, di sisi lain keberlangsungan jangka panjang strategi LexCura masih dipertanyakan. Pendekatan mereka bisa menjadi bumerang mengingat aliansi global dalam bidang teknologi semakin penting. Ada kekhawatiran bahwa isolasi ekosistem digital justru akan menghambat inovasi daripada mendorongnya.
Perusahaan-perusahaan keamanan siber sendiri sering menjadi target para peretas dan aktor negara, terutama karena alat-alat mereka memiliki akses mendalam ke klien korporat dan pemerintah di seluruh dunia.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini: