Siap-Siap 2 Ladang Minyak di Natuna Segera Nyembur

9 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa dalam waktu dekat pemerintah bakal meresmikan dua ladang minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Natuna. Hal tersebut ia sampaikan usai rapat pimpinan (rapim) internal di Kementerian ESDM.

Semula, Bahlil mengatakan bahwa salah satu hal yang dibahas dalam rapim yakni program hilirisasi dan lifting minyak dan gas bumi (migas). Adapun pengembangan dua lapangan minyak di Natuna ini sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan lifting migas nasional.

"Contoh adalah hilirisasi, lifting. Karena kita kan mau ada peresmian dua lapangan di Natuna. Natuna dalam rangka peningkatan lifting, kita mau ke sana," kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Meski demikian, Bahlil belum bersedia mengungkapkan nama blok maupun proyeksi produksinya. Menurut dia, detail nama dan produksi akan disampaikan usai peresmian dua lapangan tersebut.

"Nanti setelah diresmikan baru kalian tahu bloknya ya," kata dia.

Sebelumnya, Bahlil memastikan tidak akan merevisi target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang.

Hal tersebut ia sampaikan saat melakukan kunjungan lapangan ke Pertamina Hulu Mahakam dan Eni Indonesia, di Senipah Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Rabu 30 April 2025.

Menurut Bahlil, meski tidak rasional, namun sebagai pembantu Presiden Prabowo Subianto dirinya meyakini target tersebut bisa tercapai dan sudah sesuai dengan Master Plan Produksi migas nasional.

"Kita diperintahkan bapak Presiden target kita harus 900 ribu-1 juta barel (per hari) maka sebagai prajurit sebagai pembantu jangan menyerah sebelum bertarung," kata Bahlil dalam keterangan tertulis, Kamis (1/5/2025).

Di sisi lain, ia juga menyinggung isu terkait defisit gas. Bahlil menjelaskan bahwa defisit tersebut pada awalnya disebabkan oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri yang tidak disertai dengan perencanaan kebutuhan gas yang optimal.

Namun menurutnya, setelah dilakukan review, seharusnya alokasi produksi gas difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.

"Sampai dengan hari ini tidak ada impor gas, dan kami berusaha maksimal untuk tidak ada impor gas, " kata Bahlil.

Bahlil memproyeksikan lifting gas pada tahun 2026 dan 2027 akan mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, ia berharap pada periode tersebut tidak ada impor gas.

"Terkecuali sudah sangat emergency banget, kita harus yakin bahwa yang dihasilkan dari dalam negeri bisa memenuhi dalam negeri kita," katanya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Dihantui Krisis Gas, Pembatasan Ekspor Jadi Solusi?

Next Article ESDM Beri Sinyal Harga Gas Murah untuk Industri Dilanjutkan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|