Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang protes besar melanda Ekuador pada Senin (22/9/2025) ketika ratusan masyarakat adat dan petani memblokade jalan dengan barikade api dan batang pohon. Aksi itu berlangsung meski pemerintah telah memberlakukan status darurat selama 60 hari untuk membatasi kebebasan berkumpul.
Dilansir Reuters, Selasa (23/9/2025), ketegangan paling parah terjadi di Otavalo, Ekuador utara, ketika para demonstran membakar bagian dalam sebuah kantor polisi serta kendaraan yang terparkir di luar gedung. Polisi terlihat berusaha memadamkan api, sementara tentara melemparkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Di Provinsi Pichincha, di wilayah utara-tengah, barikade-barikade api memenuhi jalan-jalan utama. Pekerja kota bahkan harus menggunakan gergaji mesin untuk memotong batang pohon yang digunakan demonstran untuk menutup akses lalu lintas. Polisi dikerahkan secara masif di daerah yang terkena dampak.
Protes ini berawal dari keputusan pemerintah pekan lalu yang menghapus subsidi solar senilai US$1,1 miliar (sekitar Rp17,2 triliun). Subsidi tersebut sebelumnya digunakan sektor transportasi berat, kendaraan penumpang, dan pertanian.
Penghapusan subsidi langsung menaikkan harga solar dari US$1,80 menjadi US$2,80 per galon, memicu kekhawatiran kenaikan biaya hidup.
Presiden Daniel Noboa menandatangani dekret darurat untuk tujuh provinsi yang terdampak. Deklarasi itu menangguhkan kebebasan berkumpul serta memberi wewenang penuh kepada polisi dan militer untuk "mencegah dan membubarkan pertemuan publik yang dianggap mengancam keamanan warga."
Namun, aturan darurat tersebut tidak menghentikan massa. Pada Senin, para demonstran tetap menutup jalan utama di berbagai wilayah, menantang otoritas pemerintah sekaligus mengganggu transportasi lintas provinsi.
Pemerintahan Noboa sebelumnya berjanji untuk menekan defisit anggaran dengan memangkas subsidi energi, namun kebijakan ini memicu gelombang penolakan luas dari kalangan masyarakat adat, petani, dan sopir angkutan. Mereka menilai kebijakan itu hanya akan memperburuk kesenjangan ekonomi.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Harga Minyak RI Drop, Beban Subsidi BBM-Listrik Turun 15,1%