Jakarta, CNBC Indonesia - Daya beli warga RI dikabarkan masih terus mengalami tekanan. Hal itu terlihat dari pola konsumsi yang semakin lebih memilih barang dengan harga lebih murah alias downtrading.
Juga, pola belanja yang trennya kini mengarah ke pembelian barang dengan kemasan ekonomis, satuan, atau volume lebih kecil. Perilaku downtrading ini disebut jadi indikasi upaya warga RI yang ingin menekan pengeluaran, meski tetap harus berbelanja.
"Yang saat ini terjadi adalah menurunnya daya beli masyarakat khususnya kelas menengah bawah, yang mana mengubah tren atau pola belanja masyarakat terutama kalangan kelas menengah bawah," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (20/11/2024).
"Ini dikarenakan uang yang dipegang semakin sedikit. Maka saat ini pola belanja masyarakat kelas menengah bawah cenderung untuk membeli barang ataupun produk dengan nilai / harga satuan yang lebih kecil (rendah)," tambahnya.
Kondisi itu, ujarnya, di satu sisi akan memicu terjadinya stagnasi, namun di sisi lain juga akan mendorong pertumbuhan.
"Khususnya untuk kategori yang menjual barang ataupun produk dengan nilai / harga satuan yang kecil (murah)," kata Alphonzus.
Sudah Berlangsung Lama
Sebelumnhya, Alphonzus pernah mengungkapkan, penurunan daya beli masyarakat kelas menengah bawah telah terjadi sejak awal tahun ini terutama setelah Idulfitri 2024. Dia mengatakan, daya beli masyarakat kelas menengah bawah di luar pulau Jawa relatif lebih stabil dibandingkan dengan yang di pulau Jawa.
Karena itu, dia berharapkan pemerintah bereaksi dengan tidak membuat kebijakan dan aturan yang justru menambah beban masyarakat. Terutama, warga kalangan kelas menengah ke bawah. Sebab, tukasnya, hal itu akan semakin memperlemah daya beli masyarakat.
"Uang yang dipegang semakin sedikit. Maka saat ini pola belanja masyarakat kelas menengah bawah cenderung untuk membeli barang ataupun produk dengan nilai atau harga satuan yang lebih kecil atau murah," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (18/9/2024).
"Inilah juga yang menjadi salah satu penyebab kenapa barang impor ilegal semakin marak. Dikarenakan harganya yang sangat murah akibat tidak membayar berbagai pungutan dan pajak sebagaimana mestinya," cetus Alphonzus.
Karena itulah, tambah dia, segmen toko modern yang kini masih mampu cetak kinerja relatif bagus adalah yang berada di kategori kelas menengah-bawah.
"Toko seperti Mr.DIY, Miniso, KKV, Sociolla dan lainnya justru mengalami kinerja cukup baik karena produk/ barang yang dijual relatif dengan harga satuan yang kecil/ rendah ataupun berharga murah," ujarnya.
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Teriak! Minta Prabowo Batalkan PPN 12% di 2025
Next Article Kantong Warga Kelas Menengah Terbukti Menipis, Ini Bukti Terbarunya