Ucapan Tak Terduga Bos APINDO Soal LG Batal Investasi Baterai EV di RI

5 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan, LG Energy Solution resmi menarik diri dari proyek ekosistem baterai EV di Indonesia senilai US$ 7,7 miliar atau sekitar Rp128,84 triliun. Keputusan ini langsung menimbulkan banyak spekulasi, termasuk soal kondisi ekosistem baterai dalam negeri.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Widjaja Kamdani meminta publik untuk tidak buru-buru menyimpulkan bahwa ekosistem industri baterai di Indonesia memburuk.

Menurut Shinta, keputusan LG bukan semata-mata mencerminkan kegagalan Indonesia dalam membangun ekosistem industri baterai. Ia menjelaskan, keputusan tersebut lebih dipengaruhi perubahan strategi global perusahaan, terutama karena dinamika baru di pasar Amerika Serikat setelah diberlakukannya Inflation Reduction Act (IRA) oleh pemerintah AS.

"Kalau kita lihat, demand kendaraan listrik itu berubah semua dengan adanya keputusan Trump," ujar Shinta saat ditemui usai Forum Bisnis Indonesia-Korea di Jakarta, Senin (28/4/2025).

Shinta menambahkan, LG sebagai perusahaan global harus menyesuaikan arah investasinya dengan kebijakan baru yang mendukung industri EV domestik di Amerika Serikat (AS). Artinya, LG harus lebih berhati-hati menempatkan investasi mereka di Negeri Paman Sam.

"Mereka harus memperhatikan investasi mereka di Amerika Serikat," katanya.

Dia pun menegaskan, ekosistem baterai di Indonesia tetap menarik bagi investor. Shinta menyebut Korea Selatan, sebagai negara asal LG, bahkan sudah menyatakan kesiapan mereka untuk terus berinvestasi di Indonesia melalui perusahaan-perusahaan lainnya. Menurutnya, bila memang masalah ada di Indonesia, tidak mungkin masih banyak investor yang berminat masuk.

"Jadi kalau urusannya cuma urusan ekosistem di Indonesia, ya pasti kan nggak mungkin dong mereka berminat untuk masuk ke Indonesia," tukas dia.

Karena itu, ia meminta publik melihat keputusan LG dari sudut pandang bisnis global, bukan sekadar dari kondisi dalam negeri. "Jangan dilihat hanya dari sisi Indonesia, tapi juga dari sisi mereka sebagai perusahaan. Secara komersial, mereka harus melihat strategi ke depan seperti apa," tegasnya.

Pemerintah Klarifikasi: LG Tidak Mundur Sepenuhnya

Di sisi lain, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani juga menjelaskan, narasi LG sepenuhnya menarik diri dari Indonesia tidak tepat. Ia mengatakan, LG hanya mundur dari sebagian proyek yang menjadi bagian dari kesepakatan awal sejak tahun 2020.

Rosan membeberkan, kerja sama antara Indonesia dan LG sebenarnya dibagi dalam empat proyek patungan (joint venture/JV). Dari keempat proyek tersebut, JV keempat senilai US$1,1 miliar sudah berhasil diselesaikan dan groundbreaking sudah dilakukan. Karena itu, mundurnya LG bukan berarti semua komitmen dibatalkan.

Lebih jauh, Rosan menyatakan keputusan untuk mengakhiri kerja sama justru berasal dari pemerintah Indonesia, bukan sepenuhnya dari pihak LG. Ia mengungkapkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan surat resmi kepada LG pada 31 Januari 2025 lalu, menyatakan penghentian negosiasi lebih lanjut.

Alasan penghentian ini cukup jelas, yakni proses negosiasi dengan LG dianggap terlalu memakan waktu, mencapai hampir lima tahun, sementara Indonesia ingin agar pengembangan ekosistem baterai berlangsung lebih cepat.

"Karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kita ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat," kata Rosan.

Proyek Tetap Berjalan, Ini Pengganti LG

Meskipun LG mengundurkan diri dari sebagian proyek, pemerintah memastikan kelanjutan pembangunan ekosistem baterai tetap berjalan. Konsorsium yang sebelumnya dipimpin LG kini akan diambil alih oleh Huayou, perusahaan asal China yang juga sudah lama berinvestasi di Indonesia di bidang serupa.

Menurut Rosan, Huayou sudah menjadi bagian dari konsorsium sejak tahun 2024, sehingga pergantian kepemimpinan ini tidak menimbulkan perubahan berarti dalam rencana proyek. Nilai investasinya pun tetap sebesar US$9,8 miliar atau sekitar Rp165,3 triliun.

Selain Huayou, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga tetap menjadi bagian dari konsorsium yang melanjutkan proyek ini.

"Jadi sebenarnya dalam konsorsium LG itu memang sudah ada Huayou-nya. Sekarang mereka yang menjadi leading konsorsium, itu saja," ujar Rosan.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Proyek EV Battery Dipastikan Tetap Jalan Meski LG Mundur

Next Article Begini Strategisnya Peran RI dalam Rantai Pasok Baterai EV Dunia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|