Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite di SPBU di kawasan Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (13/5/2024). Sebelumnya, SPBU tersebut dikabarkan tidak lagi menjual BBM jenis pertalite, namun berdasarkan pantauan Republika, SPBU dengan nomor kode 34.132.09 itu masih menjual BBM pertalite. Selain itu, SPBU tersebut juga menjual produk BBM jenis terbaru yakni Pertamax Green dengan oktan RON 95 hasil pengembangan dari energi terbarukan berupa Bioetanol yang sudah teruji oleh Worldwide Fuel Charter (WWFC).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Pusat Kajian Ketahanan Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia (PUSKEP UI) Ali Ahmudi menegaskan pentingnya pengembangan energi terbarukan (EBT) sebagai langkah strategis menuju kemandirian energi nasional. Menurutnya, pemanfaatan bioetanol bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga berperan besar dalam memperkuat ekonomi rakyat.
"Kita dukung energi terbarukan ini, termasuk bioetanol, karena itu adalah cara kita untuk keluar dari jerat kemiskinan dan ketergantungan energi impor," ujar Ali saat diskusi publik bertajuk "Dampak Etanol Terhadap Kualitas BBM" di Kampus UI Salemba, Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Ali menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar dalam memproduksi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Dengan kekayaan sumber daya alam dan iklim tropis, produksi etanol dari tanaman tebu, singkonh, atau jagung sangat memungkinkan untuk dikembangkan secara luas.
Sebagai perbandingan, Ali mencontohkan keberhasilan Brasil yang sudah mengembangkan bahan bakar campuran etanol hingga E95 bahkan E100. Ali menilai langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi bersih dan mandiri.
"Brasil sufah bisa mengembangkan BBM dengan etanol bahkan sampai E95 hingga E100, sementara kita baru E5, itu pun dipermasalahkan terus," sambungnya.
Ali menilai kondisi Indonesia tidak jauh berbeda dengan Brasil, baik secara geografis maupun potensi pertanian. Dengan sumber daya serupa, lanjut Ali, Indonesia seharusnya bisa mencapai kemandirian energi seperti Brasil tanpa ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil.
"Kita dan Brasil itu enggak terlalu jauh beda, sama-sama di negeri tropis, sama-sama agraris, mirip-mirip secara alam seharusnya kita bisa mencapai kemandirian energi seperti Brasil tanpa ketergantungan terhadap impor," ucap dia.
Terkait isu yang menyebut campuran etanol menurunkan kualitas bahan bakar, Ali membantah anggapan tersebut. Ia menegaskan proses produksi bahan bakar di kilang masih berupa basefuel atau hidrokarbon murni tanpa campuran etanol hingga tahap akhir.

5 hours ago
3















































