Warga RW 06 Rejowinangun, Waliamah menunjukkan galon bekas yang digunakan untuk memilah sampah. Ist - Dok. Pemkot Jogja
Harianjogja.com, JOGJA—Kesadaran tinggi warga Rejowinangun, Kotagede, dalam mengelola sampah rumah tangga menjadi contoh nyata Gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas Jos). Warga terbukti mampu mandiri dalam memilah dan mengolah sampah sejak dari rumah.
Gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas Jos) digagas Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo. Lurah Rejowinangun, Handani Bagus Setyarso, menilai kebiasaan warga dalam memilah dan mengolah sampah telah terbentuk kuat bahkan sebelum program tersebut dijalankan.
Handani menuturkan, masyarakat di wilayahnya tidak sekadar menjalankan arahan pemerintah, tetapi telah menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari keseharian. “Saya sangat bangga karena warga kami tidak hanya mengikuti arahan, tetapi sudah memiliki kesadaran yang luar biasa dalam mengolah sampahnya,” ujarnya, Kamis (9/10/2025).
Ia menjelaskan, inisiatif warga terlihat dari berbagai cara kreatif yang mereka lakukan. Sebelumnya, pihak kelurahan telah membagikan galon-galon bekas untuk memudahkan pemilahan antara sampah organik basah mentah dan basah matang. Namun, masyarakat kemudian mengembangkan sendiri cara-cara pengolahan yang lebih beragam.
Menurut Handani, praktik pengelolaan sampah dari rumah ini sangat membantu mengurangi beban petugas pengangkut dan offtaker. “Sampah organik dari warga sudah selesai di rumah. Artinya, ketika diambil, tidak ada yang tersisa untuk diolah lagi. Ini sangat membantu petugas,” katanya.
Salah satu warga RW 06, Waliamah, menjadi contoh nyata penerapan kebiasaan ini. Ia menggunakan galon bekas untuk memilah sampah rumah tangga, lalu mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos yang dipakai untuk merawat lebih dari 20 tanaman koleksinya.
“Dengan mengompos, sampah tidak terbuang, tanaman juga subur,” kata Waliamah.
Kebiasaan serupa juga diterapkan warga lain, Ely. Selain membuat kompos, ia memanfaatkan sisa sayuran sebagai pakan kelinci peliharaan. Limbah dapur seperti kubis dan wortel tidak langsung dibuang, melainkan dimanfaatkan hingga habis.
Warga Rejowinangun lainnya, Wakirun dan keluarganya, memilih strategi berbeda. Mereka membiasakan diri untuk menghabiskan setiap masakan yang dibuat sehingga tidak ada sisa makanan yang berpotensi menjadi sampah organik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News