Ilustrasi orang mengamalkan zuhud.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim menjelaskan bagaimana kondisi kehidupan tanpa zuhud. Khususnya keadaan yang penuh kemenangan dan kesenangan.
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Apabila Persia dan Romawi telah ditaklukkan untuk kalian, maka akan menjadi kaum seperti apakah kalian?" Abdurrahman bin Auf menjawab: Kami akan mengucap yang diperintahkan Allah kepada kami. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Bukan sebaliknya?!, kalian saling berlomba-lomba, saling menghasud, saling memutuskan hubungan, saling marah-marahan, dan sejenisnya, kemudian kalian akan pergi ke tempat orang-orang miskin dari kaum muhajirin lalu menjadikan sebahagian mereka sebagai pemimpin bagi sebahagian yang lain."
Kunci untuk membuka pintu kedamaian dan stabilitas hidup yang penih ketenangan adalah dengan laku zuhud. Namun masalahnya, membiasakan diri untuk zuhud (kesederhanaan hati/asketisme) adalah suatu perjuangan batin yang diakui sangat berat oleh para ulama terdahulu. Kesulitannya bersumber dari dua faktor utama: sifat dasar manusia dan godaan dunia yang sangat kuat.
Berikut adalah penjelasan mengenai kesulitan membiasakan diri untuk zuhud, dengan merujuk pada pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab klasik Islam, khususnya dalam disiplin ilmu tasawuf: Mengapa Zuhud Sulit Dibiasakan? Perspektif Kitab Klasik Kesulitan utama dalam mempraktikkan zuhud terletak pada upaya memindahkan ketergantungan dan kecintaan dari dunia luar (harta, pujian, jabatan) ke dalam hati (hanya kepada Allah SWT).
1. Perlawanan Nafsu Ammarah dan Syahwat
Ini adalah hambatan paling mendasar. Sifat alami manusia cenderung mencintai kenikmatan, kemudahan, dan keindahan duniawi (hubb ad-dunya).
Imam Al-Ghazali dalam kitab fenomenalnya, Ihya' Ulumiddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), menjelaskan bahwa nafsu (jiwa) memiliki kecenderungan bawaan pada syahwat (keinginan).
Syahwat ini, terutama terhadap harta dan kedudukan, menjadi hijab (penghalang) terbesar antara hamba dengan Tuhannya. Zuhud menuntut seseorang untuk mengendalikan nafsu dan membatasi keinginan yang berlebihan. Ini adalah pertarungan harian melawan diri sendiri—melawan rasa ingin memiliki, ingin lebih kaya, atau ingin dihormati orang lain.