Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Pakistan melancarkan serangan udara di wilayah Afghanistan pada Selasa (24/12/2024) malam, menargetkan tempat persembunyian kelompok bersenjata Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) di provinsi Paktika. Serangan ini dilakukan di distrik Barmal, dekat wilayah kesukuan Waziristan Selatan, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Pakistan maupun sayap media militer, Inter-Services Public Relations (ISPR), sumber tepercaya mengonfirmasi serangan tersebut kepada Al Jazeera. Pemerintah sementara Afghanistan yang dipimpin oleh Taliban juga mengonfirmasi serangan ini, tetapi menegaskan bahwa warga sipil menjadi korban.
Menurut pernyataan dari kantor juru bicara Taliban, setidaknya 46 orang, termasuk wanita dan anak-anak, menjadi korban tewas dalam serangan udara tersebut.
"Pihak Pakistan seharusnya memahami bahwa tindakan sepihak seperti ini bukanlah solusi untuk masalah apa pun," tulis Enayatullah Khowarazami, juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, di platform media sosial X.
"Emirat Islam tidak akan membiarkan tindakan pengecut ini tanpa jawaban dan menganggap pembelaan wilayahnya sebagai hak yang tidak dapat diganggu gugat," tambahnya.
Serangan ini menjadi yang kedua pada tahun ini dan terjadi hanya beberapa jam setelah utusan khusus Pakistan untuk Afghanistan, Mohammad Sadiq, bertemu dengan Menteri Luar Negeri sementara Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, di Kabul.
Dalam kunjungan tersebut, Sadiq menyampaikan keprihatinan Pakistan terhadap meningkatnya serangan lintas batas oleh TTP.
"Bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi hari ini. Mengadakan diskusi luas dan sepakat untuk bekerja sama memperkuat kerja sama bilateral serta mempromosikan perdamaian dan kemajuan di kawasan," tulis Sadiq di X.
Namun, analis menilai serangan udara ini berpotensi memperburuk hubungan antara kedua negara yang sudah tegang.
"Kunjungan Sadiq ke Kabul lebih bertujuan untuk menyampaikan pesan pemerintah mengenai kekhawatiran atas meningkatnya serangan oleh jaringan TTP yang beroperasi dari Afghanistan dan mungkin merupakan upaya membangun kepercayaan," kata Amir Rana, analis keamanan dan direktur Pak Institute for Peace Studies (PIPS).
Pakistan berulang kali menuduh pemerintah Afghanistan memberikan perlindungan kepada kelompok bersenjata, terutama TTP, yang diduga melakukan serangan lintas batas terhadap pasukan keamanan Pakistan.
Pekan lalu, TTP mengeklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan setidaknya 16 tentara Pakistan di Waziristan Selatan, menjadikannya salah satu serangan paling mematikan terhadap personel keamanan dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam pengarahan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu, diplomat Pakistan Usman Iqbal Jadoon menyatakan bahwa ribuan pejuang TTP telah mencari perlindungan di Afghanistan.
"TTP, dengan 6.000 pejuang, adalah organisasi teroris terbesar yang terdaftar di Afghanistan. Dengan tempat perlindungan yang dekat dengan perbatasan kami, ia menjadi ancaman langsung dan harian bagi keamanan Pakistan," katanya.
Balas Dendam
Menurut pengamat keamanan Ihsanullah Tipu, serangan udara ini adalah bagian dari kampanye militer Pakistan, Azm-e-Istehkam (Tekad untuk Stabilitas), yang diluncurkan pada Juni lalu.
"Diskusi di kalangan militer berfokus pada operasi ofensif di wilayah Afghanistan setelah lonjakan serangan terhadap personel keamanan baru-baru ini. Serangan ini tampaknya dipicu oleh serangan terhadap tentara pekan lalu," kata Tipu.
Namun, Tipu menambahkan bahwa tindakan seperti serangan lintas batas ini harus menjadi bagian dari kebijakan yang komprehensif dan terencana dengan baik, bukan langkah reaktif.
"Pendekatan Pakistan terhadap Afghanistan sering kali didorong oleh kepribadian, bukan strategi," katanya. Ia juga mengingatkan bahwa reaksi nyata mungkin datang dari TTP, yang telah membahas serangan balasan dalam komunikasi internal mereka.
Dampak Diplomatik
Meskipun pemerintah Afghanistan mengancam retaliasi, analis menilai bahwa serangan lintas batas semacam ini semakin menjadi norma global dan tidak mungkin Pakistan menghadapi kritik atau konsekuensi dari komunitas internasional. Namun, Amir Rana dari PIPS menyoroti tantangan diplomatik yang dihadapi Pakistan.
"Meskipun sudah empat dekade terlibat di Afghanistan, kita masih belum mengembangkan keterampilan diplomatik untuk mengadakan dialog konstruktif dengan penguasa Afghanistan, siapapun mereka," katanya.
Dengan Sadiq diangkat kembali sebagai utusan khusus, ada harapan untuk perbaikan hubungan antara kedua negara. Namun, serangan udara pada Selasa malam ini berpotensi menghambat kemajuan apapun sebelum dialog formal dimulai.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Serangan Israel ke Gaza, 25 Orang Tewas
Next Article Taliban Larang Perempuan Bersuara di Depan Umum, Tak Boleh Nyanyi