7 Update Perang Arab! Israel Bom Gaza di Tahun Baru, Iran vs Saudi

3 months ago 36

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Israel ke Gaza belum juga usai. Pasukan zionis tersebut telah menewaskan sedikitnya 28 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, di wilayah Palestina itu pada Hari Tahun Baru.

Di sisi lain, cuaca dingin dan hujan serta kekurangan makanan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, yang telah digempur perang selama 14 bulan terakhir.

Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Kamis (2/1/2025).

Israel Ancam Tingkatkan Serangan ke Gaza

Israel pada Rabu menyebut akan mengintensifkan serangan di Gaza jika Hamas terus menembakkan roket. Ancaman muncul saat tim penyelamat Palestina melaporkan puluhan kematian akibat serangan Israel pada hari pertama Tahun Baru.

Selama seminggu terakhir, militan Palestina telah berulang kali menembakkan roket ke Israel. Ini terjadi khususnya dari Gaza utara, tempat militer Israel melakukan serangan besar-besaran.

Roket tersebut hanya menyebabkan sedikit kerusakan dan telah ditembakkan dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada pada tahap awal perang, tetapi roket tersebut telah menjadi pukulan politik bagi pemerintah Israel setelah hampir 15 bulan bertempur.

"Saya ingin mengirimkan pesan yang jelas dari sini kepada para pemimpin teroris di Gaza: Jika Hamas tidak segera mengizinkan pembebasan sandera Israel dari Gaza... dan terus menembaki masyarakat Israel, mereka akan menghadapi pukulan dengan intensitas yang belum pernah terlihat di Gaza untuk waktu yang lama," kata Menteri Pertahanan Israel Katz, seperti dikutip AFP.

Peringatannya muncul setelah kunjungan ke kota Netivot di Israel. Kota itu baru-baru ini menjadi sasaran tembakan roket dari Gaza di dekatnya.

Kado Tahun Baru Israel: 15 Orang Tewas di Gaza

Sementara itu, Israel terus menggempur Gaza. Bahkan di malam tahun baru, serangan dilakukan tengah malam dan menewaskan 15 orang.

"Dunia menyambut Tahun Baru dengan perayaan dan kemeriahan, sementara kita menyaksikan tahun 2025 dimulai dengan pembantaian pertama Israel di kota Jabalia tepat setelah tengah malam," kata juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal.

Lima belas orang menjadi martir dan lebih dari 20 orang terluka dalam serangan terhadap sebuah rumah tempat tinggal para pengungsi," tambahnya.

Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah "melenyapkan" beberapa militan Hamas yang beroperasi "di dalam struktur teroris" di Jabalia. Namun Israel tanpa memberikan jumlah korban sendiri.

'Zona Aman' Dibom Israel

Di sisi lain, pasukan Israel telah menyerang tenda-tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi di al-Mawasi. Mengutip Reuters, sedikitnya 10 orang telah dipastikan tewas dalam serangan tersebut, termasuk dua wanita dan tiga anak, di mana 15 lainnya juga terluka.

Meski telah menetapkan daerah itu sebagai "zona kemanusiaan", militer Israel tetapi telah menyerangnya berulang kali. Ini menewaskan dan melukai ratusan orang di sana.

Populasi Gaza Turun 6% Sejak Perang

Populasi Gaza telah turun 6% sejak serangan dahsyat Israel terhadap wilayah Palestina yang terkepung dimulai hampir 15 bulan lalu. Data merujuk badan statistik resmi Palestina, Rabu.

Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS) dalam sebuah rilis pada Selasa menyebut sekitar 100.000 warga Palestina telah meninggalkan daerah kantong itu. Lebih dari 55.000 orang diperkirakan telah kehilangan nyawa.

"Sekitar 45.500 warga Palestina, lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak-anak, telah tewas sejak perang dimulai dan 11.000 lainnya hilang," kata biro tersebut, mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Palestina.

"Dengan demikian, populasi Gaza telah menurun sekitar 160.000 selama perang berlangsung menjadi 2,1 juta, dengan lebih dari satu juta, atau 47 persen dari total populasi yang tersisa, adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun," kata PCBS.

Dikatakan bahwa Israel telah melancarkan agresi brutal terhadap Gaza yang menargetkan semua jenis kehidupan di sana". Ada kerugian manusia, satu keluarga dibunuh habis, dan material yang sangat besar.

Namun kementerian luar negeri Israel mengatakan data PCBS dibuat-buat. Israel bahkan mengatakan data itu dibesar-besarkan dan dimanipulasi untuk menjelekkan Israel.

Mantan Kepala Pertahanan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen

Mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang sering mengambil sikap independen terhadap Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan sekutu-sekutunya di pemerintahan sayap kanan, mengatakan ia mengundurkan diri dari parlemen per 1 Januari 2025. Gallant dipecat dari pemerintahan pada November oleh Netanyahu, setelah berbulan-bulan terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan perang melawan Hamas di Gaza, tetapi tetap mempertahankan jabatannya sebagai anggota terpilih Knesset.

"Seperti halnya di medan perang, begitu pula dalam pelayanan publik. Ada saat-saat di mana seseorang harus berhenti, menilai, dan memilih arah untuk mencapai tujuan," kata Gallant dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi, seperti dikutip Reuters.

Gallant sering kali tidak sejalan dengan Netanyahu dan sekutu koalisinya dari partai-partai sayap kanan dan agama, termasuk atas pengecualian yang diberikan kepada pria Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer. Pada Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant setelah ia mendesak penghentian rencana pemerintah yang sangat diperebutkan untuk memangkas kewenangan Mahkamah Agung.

Pemecatannya memicu protes massa dan Netanyahu menarik kembali keputusannya. Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Gallant dan Netanyahu, bersama dengan seorang pemimpin Hamas, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik Gaza, yang ditentang Israel.

Perang Saudara Suriah Tewaskan Lebih dari 528.500 Orang

Lebih dari 528.500 orang tewas dalam perang saudara Suriah. Data ini merujuk angka terbaru dari organisasi pemantau perang, Syrian Observatory for Human Rights, pada Rabu.

Jumlah keseluruhan korban termasuk ribuan orang yang tewas sejak 2011 yang baru dipastikan tewas baru-baru ini. Data didapat dari akses ke pusat penahanan dan kuburan massal, yang lebih mudah didapat setelah pemberontak menggulingkan Bashar al-Assad.

Pemantau yang berbasis di Inggris itu mengatakan 6.777 orang, lebih dari setengahnya warga sipil, tewas pada tahun 2024 dalam pertempuran di Suriah. Namun angka-angka itu belum dapat diverifikasi secara independen.

Perang saudara Suriah meletus pada tahun 2011 setelah pemerintah secara brutal menindas protes pro-demokrasi yang memicu konflik yang menghancurkan yang mendorong jutaan orang melarikan diri ke luar negeri dan menarik kekuatan asing. Tahun lalu, 3.598 warga sipil, termasuk 240 wanita dan 337 anak-anak tewas di seluruh Suriah.

Selain itu, 3.179 pejuang tewas, kata pemantau tersebut, termasuk tentara dari "rezim lama", tetapi juga "kelompok bersenjata Islam" dan jihadis. Pada tahun 2023, Observatorium melaporkan 4.360 orang tewas, termasuk hampir 1.900 warga sipil.

Perlu diketahui, Desember lalu, pemberontak yang dipimpin Islamis menggulingkan Assad, merebut kekuasaan dalam serangan cepat yang mengakhiri lebih dari 50 tahun pemerintahan tangan besi keluarga tersebut. Sejak tahun 2011, pemantau dengan jaringan sumber di dalam Suriah telah mencatat lebih dari 64.000 kematian di penjara Assad "akibat penyiksaan, kelalaian medis, atau kondisi yang buruk" di penjara.

Menlu Baru Suriah Buka Suara Soal Sanksi Asing

Menteri Luar Negeri Suriah yang baru, Asaad Hassan al-Shaibani, buka suara tentang tujuan, orientasi, dan kemajuan pemerintahan baru sejauh ini. Salah satunya ia membahas terkait sanksi tidak lagi membantu rakyat Suriah.

Pemerintahan sementara- yang dipimpin oleh panglima tertinggi, Ahmed al-Sharaa- diperkirakan akan mengadakan pembicaraan pada tanggal 5 Januari untuk membahas agenda masa depan Suriah pada Konferensi Dialog Nasional yang penting. Ini akan menjelaskan banyak hal tentang jalan ke depan.

Setelah gelombang penindasan brutal terhadap pengunjuk rasa pada tahun 2011 yang menyebabkan Suriah terjerumus ke dalam perang, Australia, Kanada, Uni Eropa, Swiss, dan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada rezim al-Assad. Tujuannya saat itu, kata al-Shaibani, adalah untuk mengirim pesan dukungan kepada rakyat Suriah yang menderita di bawah rezim yang represif.

Namun kini, menurutnya, alasan utama mereka melakukan itu sudah tidak ada lagi; ribuan tahanan yang ditahan al-Assad di "rumah pemotongan hewan" di seluruh negeri sudah bebas, dan negara itu sedang berupaya memperbaiki kerusakan yang terjadi. Dengan demikian, "penegakan sanksi yang berkelanjutan menjadi tidak berarti dan tidak efektif", kata al-Shaibani.

AS telah menetapkan Hayat Tahrir al-Sham (HTS)- kelompok yang dipimpin oleh al-Sharaa yang mempelopori serangan terhadap al-Assad- sebagai organisasi teroris pada tahun 2018, dan memberikan hadiah US$10 juta kepadanya, yang dapat menjadi komplikasi untuk mencabut sanksi. Namun, Barbara Leaf, asisten menteri luar negeri AS untuk urusan timur dekat, dan pejabat lainnya mengunjungi Damaskus pada tanggal 20 Desember, setelah itu ia mengumumkan pencabutan hadiah dan mengisyaratkan kesediaan Washington untuk terlibat.

"Kami sepenuhnya mendukung proses politik yang dipimpin dan dimiliki oleh warga Suriah yang menghasilkan pemerintahan yang inklusif dan representatif yang menghormati hak-hak semua warga Suriah, termasuk perempuan, dan berbagai komunitas etnis dan agama di Suriah," kata Leaf.

Iran VS Saudi

Iran memanggil duta besar Saudi pada Rabu untuk memprotes eksekusi enam warga negaranya oleh Riyadh atas kasus perdagangan narkoba. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Iran.

"Duta besar Arab Saudi untuk Teheran telah dipanggil," kata kementerian dalam sebuah pernyataan.

Kementerian itu menambahkan bahwa Teheran menyampaikan "protes keras" terhadap tindakan Riyadh, yang digambarkannya sebagai "tidak dapat diterima" dan pelanggaran "aturan dan norma hukum internasional".


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Perang Arab Masih Membara, Yaman & Gaza Rudal Israel

Next Article 9 Update Perang Arab Tinggal Sejengkal, PBB Teriak-Rusia ke Iran

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|