REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem telah menetapkan Aceh berstatus tanggap darurat bencana hidrometeorologi pada Kamis (27/11). Penetapan ini dilakukan setelah Aceh dilanda banjir hingga longsor di 16 kabupaten/kota di daerah tersebut.
"Hari ini, saya Gubernur Aceh menetapkan status keadaan tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Aceh 2025," kata Mualem, di Banda Aceh.
Penetapan status tanggap darurat bencana ini berlangsung selama 14 hari, terhitung sejak 28 November 2025 sampai 11 Desember 2025.
Langkah penetapan status darurat ini diharapkan mempercepat mobilisasi logistik, evakuasi, dan dukungan lintas lembaga untuk menangani bencana yang kini meluas di berbagai daerah Aceh.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) pada Kamis hingga pukul 16.00 WIB, bencana hidrometeorologi di Aceh sudah terjadi pada 16 kabupaten/kota, yakni Pidie, Aceh Besar, Pidie Jaya, Aceh Tamiang. Kemudian, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Barat, Subulussalam, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.
Sebagian besar kejadian ini dipicu oleh curah hujan tinggi, angin kencang, dan kondisi geologi labil yang berdampak pada banjir, tanah bergerak, serta longsor.
Korban terdampak bencana mencapai 3.817 kepala keluarga (KK) atau 119.988 jiwa. Dari jumlah tersebut, ada 6.998 KK atau 20.759 jiwa diantaranya sudah mengungsi.
Bencana banjir di Aceh hingga hari ini juga telah menelan 22 korban jiwa, yakni di Kabupaten Aceh Tengah 15 orang, Aceh Utara empat orang, Bener Meriah satu orang, Aceh Tenggara dua orang.
Tak hanya itu, dua kabupaten juga dilaporkan terisolir yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah. Karena, akses menuju kedua daerah tersebut telah putus total akibat tanah longsor.
sumber : Antara

53 minutes ago
1














































