Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) periode 2024-2029 Benny Soetrisno optimistis ekspor nasional bisa melonjak melampaui pencapaian tahun 2024. Dalam masa kepemimpinannya, Benny menetapkan fokus utama untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mampu menembus pasar ekspor.
Sebagai informasi, Benny Soetrisno kembali terpilih jadi Ketua Umum GPEI hasil aklamasi yang digelar saat Munas GPEI ke IX di Semarang, Jawa Tengah, 9-10 Desember 2024 lalu.
Dia mengungkapkan, salah satu tugas penting GPEI adalah mendukung visi Menteri Perdagangan untuk meningkatkan total ekspor Indonesia. Ia optimistis ekspor nasional bisa menembus angka psikologis US$300 miliar pada tahun ini. Bahkan, Benny menargetkan nilai ekspor mencapai US$400 miliar pada tahun 2026 mendatang.
Kendati demikian, dia tak menampik tantangan global seperti geopolitik dan kebijakan ekonomi proteksionis, seperti arah kebijakan dan agenda ekonomi Presiden AS Donald Trump, "Trumponomics" tetap menjadi rintangan.
"Trump akan mengubah landscape perdagangan internasional dengan fokus pada 'America First'. Tapi kita juga harus bisa bicara 'Indonesia First' sambil tetap menjalankan politik bebas aktif," kata Benny saat acara Pelantikan Dewan Pengurus Pusat (DPP) GPEI Periode 2024-2029 di Auditorium Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rabu (22/1/2025).
Selain itu, dia menyoroti bagaimana Indonesia saat ini yang tengah berada dalam proses menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan juga bergabung dengan BRICS, dua aliansi yang memiliki pendekatan berbeda. Benny menekankan pentingnya strategi cermat dalam memilih mitra dagang.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2024 mencapai US$264,70 miliar atau naik 2,29% dibanding periode yang sama tahun 2023.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan dari nilai tersebut, ekspor nonmigas mencapai US$ 248,83 miliar atau naik 2,46%, sedangkan ekspor migas mencapai US$ 15,88 miliar turun 0,28%
UMKM dan Manufaktur
Benny, sebagai pelaku bisnis yang memulai usaha dari skala kecil, dia memahami tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM. "Saya dulu juga UMKM, mulai di Pulo Gadung dengan karyawan tidak banyak. Sekarang, alhamdulillah, bisa mempekerjakan ribuan karyawan," ungkapnya.
Dia pun menegaskan, UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional, meskipun fasilitas dan akses yang mereka miliki mungkin masih terbatas. Untuk itu, GPEI berkomitmen menjadi jembatan antara UMKM dan pemerintah, khususnya Menteri Perdagangan, dalam menyuarakan kebutuhan dan aspirasi mereka.
"Kami akan mewakili UMKM untuk bertemu dan melaporkan kepada Pak Menteri. Selanjutnya, tugas Pak Menteri untuk membina dan mengarahkan kami. Saya dulu juga UMKM, mulai di Pulo Gadung dengan karyawan tidak banyak. Sekarang, alhamdulillah, bisa mempekerjakan ribuan karyawan," ujarnya.
"GPEI ini konsentrasinya fokus pada UMKM. Kami berupaya melalui advokasi, mediasi, dan edukasi untuk membantu teman-teman UMKM agar bisa ekspor," tambah Benny.
Benny mengapresiasi dukungan Kementerian Perdagangan, khususnya Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), yang telah membantu memfasilitasi edukasi dan matchmaking antara pelaku eksportir dan pembeli di pasar global.
"Kalau yang besar-besar seperti GAPKI itu sudah pintar, tapi UMKM masih memerlukan dukungan lebih," tambahnya.
Lebih lanjut, meski menghadapi tekanan, Benny optimistis sektor manufaktur, khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih menjadi kontributor ekspor terbesar.
"Masih dong. Kita masih memberikan kontribusi lebih dari US$10 miliar," ucapnya.
Sebagai Ketua Umum GPEI, Benny berkomitmen untuk terus memperjuangkan kepentingan pelaku usaha, khususnya UMKM, dalam upaya meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar internasional.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Kaca Keluhkan Impor, Sulit Bersaing di Negeri Sendiri
Next Article Ada Kabar Baik! AS Mulai Borong Tekstil RI, Ini 3 Penyebab Utama