Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan ekonomi dan imigrasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus menimbulkan prospek yang menantang bagi Negeri Paman Sam. Sejumlah ekonom bahkan menyebut ekonomi terbesar dunia itu memiliki nuansa 'stagflasi ringan'.
Secara teori, ekonomi yang lemah dengan meningkatnya pengangguran melemahkan inflasi, jadi keduanya seharusnya tidak terjadi bersamaan. Namun, stagflasi menunjukan periode inflasi tinggi dan pengangguran tinggi seperti yang terjadi pada 1970-an dipicu guncangan harga minyak pada tahun.
Saat ini, ekonom mulai menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi dan menaikkan estimasi inflasi dalam menghadapi perubahan kebijakan ekonomi yang dramatis di bawah Presiden Donald Trump.
Pemerintahan Trump mengatakan tarif adalah bagian dari apa yang mereka sebut sebagai transisi ekonomi yang, ditambah dengan upaya lain untuk mencabut regulasi industri dan memotong pajak, akan menghasilkan lapangan kerja yang melimpah dan inflasi yang lebih rendah.
Meski begitu, arah perjalanan untuk aspek-aspek utama ekonomi Trump telah menarik perhatian para ekonom. Ketika pejabat Fed minggu ini menilai risiko yang mereka lihat di masa depan, mereka menunjuk secara seragam ke arah inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Trump Biang Keladi?
Para pembuat kebijakan Fed minggu lalu membiarkan suku bunga tidak berubah tetapi masih mengantisipasi dua pemotongan seperempat poin pada akhir tahun. Namun, proyeksi ekonomi baru mereka mengungkap teka-teki mereka.
Pertumbuhan diantisipasi melambat, pengangguran meningkat sedikit lebih dari yang diharapkan, dan inflasi meningkat dalam menghadapi tarif yang ada dan yang semakin meluas.
Meski begitu, ketidakpastian masih tetap membayangi performa ekonomi. Hal ini mengingat cakupan dan luasnya rencana Trump dalam hal tarif.
"Tidak ada yang lebih tidak mengenakkan daripada lingkungan stagflasi...di mana kedua sisi mandat mulai berjalan salah. Tidak ada jawaban umum...Mana yang lebih buruk? Apakah lebih besar pada sisi inflasi? Apakah lebih besar pada sisi pasar kerja?" kata Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee kepada CNBC.
"Tarif yang lebih tinggi menaikkan harga dan mengurangi produksi sehingga itu merupakan dorongan stagflasi."
Meski begitu, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pihak terus berkomitmen penuh menjaga inflasi dan suku bunga tetap dalam kondisi yang baik. Ia juga menuturkan situasi yang dihadapi AS saat ini berbeda dengan stagflasi yang terjadi di tahun 70-an.
"Saya tidak melihat alasan untuk berpikir bahwa kita sedang melihat kembali kejadian tahun 70-an atau semacamnya. Inflasi yang mendasarinya masih berjalan dalam kisaran dua digit, dengan kemungkinan sedikit peningkatan terkait tarif," kata Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan terakhir Fed.
"Saya tidak akan mengatakan bahwa kita berada dalam situasi yang dapat dibandingkan dengan itu."
"Namun, ekspektasi inflasi yang stabil merupakan inti dari kerangka kerja kami. Kami akan mengawasi semuanya dengan sangat, sangat hati-hati. Kami tidak menganggap remeh apa pun," tambahnya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perang Dagang Trump, Senjata Makan Tuan
Next Article Agenda 100 Hari Trump, Terobosan Ekonomi hingga Penghentian Perang